“Baris tiga bersaf, salah satu menyiapkan.” Itu suara Kak Rafif. Ketua PLS kemarin dan pastinya pengurus OSIS.
Kau bertanya aku ada dimana sekarang? Kumpul calon pengurus OSIS.
Haha.
Ya... kau boleh tertawa sepuasnya.
Ada moment dimana aku masih bertanya-tanya mengapa berada di sini. Sepertinya saat menyerahkan formulir aku tidak sepenuhnya dalam kondisi sadar. Halusinasi mungkin.
Awalnya memang aku berniat masuk MPK, apalagi teman satu SMP ku, Ayu, juga mengajak. Sudah kukumpulkan juga pada salah satu anggota MPK, Kak Siwi, di kelas 2 IPS 3. Setelahnya? Seakan-akan aku lupa.
Esok harinya, saat istirahat pertama, beberapa teman kelasku bertanya siapa saja yang akan mendaftar OSIS. Agar bisa menuju ruang sekretariat OSIS bersama.
Kelas yang kutempati kini bukanlah PLS 8 lagi, tapi sudah menetap sebagai kelas 1 MIPA 1. Pada tahun sebelum-sebelumnya, kelas ini disebut kelas bintang. Sayangnya, kini bukan lagi, malah mungkin sebaliknya.
Hal yang berbeda lainnya adalah kelas 1 MIPA 1 berada di ruang audio visual. Dengan meja L anak kuliahan, tiga AC dan lantai bangku siswa yang bertingkat. Bukan bermaksud apa-apa, itu karena beberapa bangunan di sekolah tengah di renovasi. Mulai dari ruang guru, TU, ruang kepala sekolah, hingga beberapa kelas.
“Ana. Aku ikut,” sepertinya setelah melamun, disitulah pikiranku masih kabur.
Bersama Ana, Yulia, Evi dan Ais, aku menuju ruang OSIS yang letaknya di samping Graha Laga, indoor lapangan basket dan sebagai tempat olahraga lainnya. Letaknya strategis menghadap langsung lapangan tengan, tempat upacara.
Mengapa aku menyebutnya sebagai lapangan tengah? Karena di belakang juga ada lapangan sebagai sepak bola, yang pada masa Kak Ayun, tetanggaku, dulu lapangan belakang di sebut GBH. Singkatan dari Gelora Bung Husein Dibuat pada saat orang bernama Pak Husein menjadi kepala sekolah. Kini, kepala sekolahku Pak Saidan. Yang saat amanat upacara menyempatkan berpidato menggunakan Bahasa Inggris. Beliau dulu pernah mengajar sekolah Indonesia di Belanda.
Sampai di depan meja yang penuh formulir calon pengurus OSIS, lagi-lagi setelah berjalan melamun pikiranku tetap kabur.
***
“Perkenalkan diri kalian,” Kak Englisha, salah satu pengurus OSIS seksi bidang 8 membuka suara. Merasa aneh jika kukatakan dia anak guru Bahasa Inggris?
Duduk melingkar di graha laga, aku berkumpul dengan siswa lain yang mendaftar sekbid sastra dan budaya ini. Ada dua kakak OSIS yang bersama kami. Satunya itu adalah Kak Englisha dan di sebelah kirinya bernama Kak Rio, anak basket yang ikut demo ekstra kurikuler saat PLS kemarin.
“Nama saya Randyka Gumilang Prasetyo, dari kelas 1 MIPA 3,” cowok yang duduk di samping Kak Englisha persis, menjadi yang pertama memperkenalkan dirinya setelah ditunjuk Kak Englisha. Dia memakai seragam pramuka berbahan larici yang kulihat seperti kerlap-kerlip. Sama dengan milik kakak dewan ambalan.
Randyka ini cukup menyita perhatian karena senam slada buahnya. Setelah masa PLS selesai, dilanjutkan dengan penerimaan tamu ambalan. Menginap satu malam di sekolah dengan kelompok dari masing-masing kelas yang belum sepenuhnya saling mengenal. Kuingat saat kelas 1 MIPA 1 kebingungan untuk unjuk kebolehan saat pensi malam hari.
Dengar-dengar juga, anak gemuk dari kelas 1 MIPA 3 ini diberi kalimat jelas untuk tidak memakai larici kerlap-kerlip itu lagi. Padahal itu juga seragam SMP nya. Dari sumber anak cewek kelasku yang suka bergosip, dulu ia aktif di pramuka dan pernah mengikuti jambore nasional. Ada-ada saja, senioritas di pramuka menutupi rasa menyenangkan yang diturunkan Boden Powell.
“Nama saya Ribka Theananda Pambayun, dari kelas 1 MIPA 5,” cewek di kiriku baru saja menyebut nama dan kelasnya. Dari suaranya kuramal dia pandai bernyanyi, mungkin itu salah satu alasan dia mencalonkan diri untuk masuk sekbid ini.
Lalu, siapa lagi?
Mengapa semuanya menatap ke arahku? Apa dibelakangku ada hantu? Ini kan gedung tua, mungkin saja... oh! Benar juga. Kini adalah giliranku. Yusri yang bodoh. Kau benar-benar sangat hobi melamun.