Aku Bukan Anak OSIS

Adiba
Chapter #8

8

Ini bisa dinamakan sebagai program kerja OSIS yang sebenarnya. Dimana disinilah semua menjadi nilai satu periode pengurus OSIS diulas berapa bintang. Sebuah gong besar yang sangat sulit di bunyikan, namun ketika berhasil mengeluarkan suara, akan mengundang banyak perhatian.

Acara peringatan hari ulang tahun sekolah. Kembar dengan dirgahayu Republik Indonesia, 17 Agustus. Serangkaian acara adalah 2 minggu. Menyenangkan bukan selama 10 hari tidak ada pelajaran. Dimulai pada tanggal 27 Agustus 2018, hingga malam puncak sebagai akhir. Setelah LBH, kami merapatkan mengenai HUT ini. Berarti pada Bulan Maret lalu tentang konsep, jadwal, dan perlombaan yang pertama dibahas.

“Kemarin, kan, kalian udah usul satu tema buat HUT. Sekarang, kita mau masing-asing dari kalian mempresentasikan apa yang kalian ajukan,” aku membuka mulut terkejut mendengar Kak Deni memulai rapat hari ini. Ya, kami pengurus kelas 2 memang disuruh mencari tema untuk HUT, tapi aku tidak menduga kami akan menjelaskannya pada pengurus OSIS kelas 3 dalam rapat seperti ini.

“Selanjutnya, Yusri,” aku melamun lagi. Sudah giliranku rupanya. Pasrah ku maju ke depan dan menerima spidol dari Nesa yang sebelumnya presentasi.

“Tema untuk HUT Spectanica ke 45 ini dari saya adalah Antariksial Bimameda,” jujur aku hanya asal memilih kata yang keren karena aku juga suka hal hal yang berhubungan dengan langit, “kalian tau galaksi Bimasaksi dan Andromeda, kan.”

“Iya tahu,” beberapa dari mereka menyahut kalimatku, sedangkan yang lain menatap ke depan dalam diam.

“Jadi, ada penelitian mengatakan setiap tahunnya, kedua galaksi itu saling mendekat. Menurut perkiraan, bisa jadi suatu saat nanti dua galaksi besar itu akan bertemu dan orang-orang menyebutnya Bimameda,” pertama aku menjelaskan mengenai berita yang ku baca dari sosial media beberapa hari yang lalu, “itu bisa menjadi bencana, tapi dalam imajinasi manusia, bukankah terlihat indah? Seperti Spectanica 45 ini. Suatu angka yang cantik dan ditunggu tunggu dengan ekspektasi tinggi. Maka, kita harus berfikir imajinatif untuk menjadikannya mendapat reaksi yang aktif.”

Gue ngomong apa barusan. Itulah yang ku pikirkan setelah kembali duduk. Aku masih tidak fokus sepanjang rapat ini. Sungguh lebih baik berpidato di depan orang asing tak di kenal daripada bicara di depan kakak pengurus OSIS ini. Bukan apa apa, tapi akan muncul banyak kemungkinan kemungkinan yang membuatku cemas.

***

Serangkaian kegiatan HUT Spectanica ke 45 ini dimulai. Dibuka dengan kepala sekolah yang membunyikan gong saat upacara Hari Senin, dilanjutkan lomba eksternal tingkat SMP dan tarik tambang antar kelas.

Aku menjadi penanggung jawab lomba story telling bersama pengurus OSIS dari sekbid 10. Sebuah perjuangan untuk mendapat peserta. Mengirim surat ke SMP di sekitar dan membujuk guru di sana agar mau berpartisipasi. Dengan peserta 15 anak, itu sudah lebih baik dari tahun lalu.

Selain lomba dari program kerja sekbid 10 ini, juga ada Olimpiade MIPA dan voli. Semua berjalan lancar hingga ada satu insiden yang kami berharap tidak ada bencana lainnya seperti rencana tema dariku.

“Rifat,” Kak Deni dan Kak Farhan masuk ke graha laga, tempat lomba story telling dengan raut agak kacau. Rifat yang tadinya duduk di sebelahku bangkit dan mendekat ke orang yang memanggilnya.

Ini sudah peserta ke 14. Aku sedikit lega karena sebentar lagi selesai. Dengan sejenak aku mengalihkan perhatian dari panggung menuju 3 orang di dekat pintu graha laga itu. Aku tidak mendengar obrolan mereka karena memang jaraknya agak jauh.

Rifat pun kembali dengan nuansa wajah berubah dari sebelumnya menjadi mirip dengan mimik Kak Deni dan Kak Farhan. 

“Ada apa?” aku tidak menahan rasa penasaran ini lagi ketika Rifat kembali hanya untuk mengambil HP lalu hendak pergi lagi.

“Sound system sekolah hilang.”

Lihat selengkapnya