Ini adalah hari yang aku tunggu, namun sebenarnya berharap tak bertemu. Evaluasi HUT Spectanica. Gong besar yang tidak berbunyi dengan benar karena retak beberapa bagian. Membayangkannya saja aku enggan apalagi harus menceritakan.
Awalnya pengurus OSIS kelas 2 kira ini akan menjadi pembacaan perlengkapan LDK karena memang waktu periode pengurus OSIS yang sekarang akan segera berakhir. Alasan kedua adalah kumpul ini bersama CPO terpilih, namun ternyata itu hanya aktor udang di balik batu panggung drama.
"Kalian tahu kumpul disini mau ngapain?" Kak Ratih dengan mode senior siap menerkam kapan saja berdiri di depan menatap tajam adik kelasnya yang duduk di depannya.
"Jawab, Nan," setelah mengerti tak ada tanda ada yang menjawab, Kak Farhan melempar umpan pada Hanan.
"Sepertinya mau pembacaan perlengkapan LDK, Kak..."
"Oh! Udah mau LDK aja. Pengin kita cepet cepet pergi?!" Kenyang Kak Ratih mengoyak makanannya.
Disambut yang lain dengan rentetan yang intinya sama. Aku pikir jika bukan hari ini, maka LDK minggu depan. Ya, tanggal LDK itu memang dirahasiakan.
"Buat kelas 1 silakan pulang," tiba tiba Kak Deni membaca naskah yang tidak terduga.
Apa lagi sekarang?
"Udah, sana pulang. Gak mau dengerin omongannya OSIS kelas 3? Ron! Suruh adikmu pulang itu!" Kak Salsa menyalakan api saat ruangan ini butuh oksigen.
Dan begitulah asal mula tinggal pengurus OSIS kelas 2 yang duduk menunduk.
"Selamat buat Roni sama Yusri, terpilih jadi Ketua dan Wakil Ketua OSIS,"
Apa?
Tunggu. Jangan kaget.
Pertama, oke aku terkejut dengan raut OSIS kelas 3 yang tiba tiba tersenyum kompak itu. Untukmu, akan kuceritakan agar tak ada salah paham.
Tanggal 27 September 2018, Debat Ketua dan Wakil Ketua OSIS diadakan. 3 paslon naik ke atas panggung disaksikan seluruh siswa beserta bapak dan ibu guru. Aku salah satu yang menjadi titik pandang mereka.
Beberapa hari sebelumnya, pengurus OSIS kelas 2 kumpul selepas pengumuman CPO terpilih. Di kelas 2 IPS 2, kami diskusi siapa yang mau mengisi formulir dari MPK ini. Jujur, kami lebih banyak mengajukan orang lain sebagai calon dari pada mengacungkan diri sendiri. Alhasil terjadi saling tunjuk. Aku salah satu yang menjadi tujuan jari telunjuk itu.
Dulu Roni memang pernah mengajakku membahas tentang ini, lebih tepatnya memintaku menjadi wakilnya. Aku menganggapinya, tapi lama kelamaan aku bingung sendiri.
Yang lainnya pun masih bertubi tubi menyangkal tunjukan teman. Alasannya normal, tidak diizinkan orang tua, tak mau dibebankan amanat sebesar itu karena ingin fokus pada kelas akademik. Sedangkan aku, takut ketika debat. Tentu saja aku berkata itu di dalam hati.
Aku dibayangi oleh hitam ketakutan. Padahal, tidak semenyeramkan itu. Aku malah menikmatinya, sungguh. Sepanjang acara ini, aku mampu menjawab pertanyaan dengan baik. Bahkan saat dibalik panggung aku bernyanyi lagu bunga matahari untuk mencairkan kegugupan yang lain.
Jika kau penasaran, Faisal dan Randyka adalah paslon nomor satu. Roni dan Aku selanjutnya, kemudian Falah dan Luthfi terakhir.
Satu hal yang unik dan membuka kembali kertas merah sombongku. Beberapa orang terang terangan bilang 'kenapa sih, yang jadi ketuanya Roni bukan Yusri aja'. Aku senang, tapi tidak menampilkan ke raut wajah. Hanya berkedip beberapa kali karena gugup. Di sisi lain, aku berfikir banyak yang memilih paslon nomor 2 karena Roni dikenal oleh banyak siswa.
***
Kembali pada suasana evaluasi yang mendadak hangat ini. Mulai dari Kak Deni, memberikan nasihat untuk kami kedepannya nanti. Diikuti oleh pengurus OSIS kelas 3 yang lain, terutama yang dulu menjadi paslon Ketua dan Wakil Ketua OSIS.
Pandangan kami terangkat membalas tatapan mereka dengan berterimakasih tulus. Aku yakin semuanya terlintas keadaan nantinya ketika sudah serah jabatan. Pengalaman bersama di ruang kecil ber AC itu menjadi pemanis evaluasi. Giliran Kak Lina yang mengarahkan pembicaraan. Kembali pada pahit kenyataan yang kukatakan beberapa saat yang lalu.
"Kita sama sama evaluasi diri kita masing masing dan rekan kita. Kalo kalian ada yang mau disampaikan silakan aja, gak usah gak enak sama kita," Kak Lina secara tidak langsung mengatakan pada pengurus OSIS kelas 2 untuk mengevaluasi kelas 3.
Belum pernah terjadi sebelumnya. Kami cukup kaget. Telah diutarakan beberap unek unek yang dibayangan pertama semuanya, tentang kehadiran kelas 3 yang jarang hingga tragedi ayam geprek.
"Falah, mau ada yang diomongin?" Kak Deni memancing Falah untuk mengeluarkan isi hatinya.
Tanpa ba bi bu, Falah berdiri dan maju ke depan. Orang yang diam seperti Falah, mungkin punya sesuatu yang tidak pernah dipikirkan orang lain dari luar.
"Sebenarnya, kalo saya pulang kemaleman abis rapat OSIS, pasti dimarahin orang tua," benar saja, hal yang belum diketahui terungkap. Ayah Falah itu salah satu guru di SMA ini yang kulihat galak dari tampangnya walau aku belum pernah diajar beliau.
Aku jadi teringat Falah pernah cerita, H-1 malam puncak, video opening panggung spectanica itu baru selesai. Dan itu dikerjakan Falah dan Faisal dini hari. Faisal disuruh menginap di rumah Falah tapi dia bersikeras untuk pulang saja. Jarak rumah Falah ke rumah Faisal itu sangat jauh. Bayangkan, rumah Falah di beda kabupaten, dan jauh ke arah timur dari SMA. Sedangkan Faisal, letaknya jauh ke utara hampir berbatasan dengan kota lain. Sepertinya, banyak hal lain yang tidak pernah terbayangkan layaknya lilin kecil di balik layar.
"Yusri, mau ada yang diomongi?" Kak Lina bicara setelah Falah kembali duduk.
Tunggu, dia tadi menyebut nama siapa?