Aksioma

Maria Veronica S
Chapter #21

Permulaan Baru : Rusdi

Langkah kakiku tergopoh-gopoh, sebagian tanganku memeluk peralatan untuk kelas seni budaya. Badan bogsorku tidak sengaja menabrak Tobi dan Cakra yang tengah berlari dari arah berlawanan. Wajah mereka tampak kaku sedangkan tubuh mereka terlihat lemas.

“Rus,” panggil Tobi padaku lalu mengelap peluh keringat di pelilpisnya.

“Eh kalian ini kenapa toh? Masa masih pagi-pagi begini udah kayak dikejar setan. Gak takut apa kalau lari-lari di lorong gini ditangkep basah Bu Mur.” Pelototku pada kedua sejoli ini lalu mengambil buku gambar, penggaris kayu dan kotak pensilku yang terjatuh.

“Gue berdoa mending ditangkep Bu Mur ajalah.” Balas Tobi padaku.

“Loh kok malah mau?”

“Banyak omong lo Rusdi!” Protes Cakra cepat. Tiba-tiba saja tubuhku sudah tidak berdiri lagi di tengah lantai lorong, melainkan berdiri memepet dinding ruang gudang bersama Tobi dan Cakra disebelahku. Suasana hening tiada akhir menyelimuti, mulutku beroceh protes lagi, tapi belum selesai pipiku telanjur ditabok oleh Tobi. Aku pun diam.

Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kedua teman sekelasku ini tampak lebih ketakutan dibanding waktu kami bertabrakan tadi.

Pelan-pela dengan sebelah kaki, Cakra mendorong pintu sedikit, melihat keadaan di luar. Mata kami bertiga menangkap sosok lelaki berjenggot tipis tengah melewati lorong. Langkah kakinya terdengar biasa, dari samping lekuk wajahnya tak menunjukkan emosi tertentu. Kemejanya terlihat disetrika rapi juga sepatunya hitam mengkilat. Aku tidak melihat ada sesuatu menakutkan tentangnya yang layak membuat kaki Tobi mendadak gemetar saat ini.

Tobi mulai bersuara ketika si lelaki telah melewati ruang gudang ini.

“Cak, apa dia mau ngedatengin gue?”

“Enggak tahu Tob. Emang dia tahu lo nyelinap ke rumahnya. Lo waktu pulang dari rumah gue hari itu nggak bertingkah aneh-aneh kan?”

“Enggak, gue berusaha bersikap biasa kok, kalau nggak sengaja papasan sama Bang Tora.”

“Serius?” tanya Cakra dengan nada meninggi. Bukan menjawab Tobi malah membekap mulut Cakra sembari melihat ke arah sela pintu.

Sosok Bang Tora lewat lagi. Kali ini dia melirik ke arah pintu gudang. Napas Tobi terengah-engah. Sosok itu mulai mendekat ke muka pintu, hendak menggesernya.

“Eh Kak, lagi apa di sini?” ada suara wanita yang menghentikan aksi lelaki itu.

“Eh mbak Safira.” Balas lelaki itu. Nama dan suara kemayu si wanita tampak familiar, mungkinkah?

“Boleh Mbak.” Hanya suara itu yang mampu terlingaku tangkap.

Wajah si wanita terlihat di sela pintu, benar dugaanku wanita itu tanteku. Tak heran Tante ke sini, sebelumnya Tante kirim pesan mau titip buku Ayah kepadaku. Hanya saja mendengarnya berbicara dengan lelaki di sana membuatku semakin ingin tahu siapa lelaki yang membuatku mendapat tabokan gratis.

Langkah lelaki itu mulai menjauh bersama langkah khas sepatu tinggi.

Lihat selengkapnya