Matahari terik menyengat. Panas. Sepanas kobaran semangat kami, lima gadis ABG yang berjalan menuju rumah Pak Lurah. Tak dirasa segala lelah, meski kami baru tiba dari sekolah. Hanya sempat berganti pakaian dan makan siang. Itu pun dilakukan dengan tergesa.
Ditunjuk ikut tampil dalam pentas seni membuat kami sangat gembira. Setidaknya ada dua kegembiraan sekaligus. Bisa dekat dengan kakak-kakak KKN, juga bisa tampil di atas panggung nantinya.
Dengan wajah semringah kami memasuki halaman rumah Pak Lurah. Terlihat beberapa Kakak mahasiswa asik bernyanyi. Seperti biasa, si kakak berambut gondrong yang memainkan gitar. Sementara Nindy anak semata wayang Pak Lurah dipangku kakak berambut ikal.
Keren sekali. Kakak-kakak Mahasiswa menyanyikan lagu berbahasa Inggris. Jangan tanya judulnya apa? Karena jujur aku nggak tahu. Apalagi kalau ditanya artinya, hehe pelajaran di sekolah saja aku nggak paham.
Sebenarnya aku suka, lho, teks narrative. Karena berisi dongeng-dongeng. Lalu, darimana aku tahu dongeng narrative itu? Ada Ratna dong, yang rajin memakai Google translate.
"Eh, kalian sudah datang," sambut Si Kakak berkerung. "Sudah-sudah, ngumpulnya nanti lagi, mau buat latihan, nih," usirnya pada sesama mahasiswa sambil bercanda.
"Eh, ada yang suaranya bagus, nggak? Nanti nyanyinya diiringi petikan gitarku," tanya Kakak berambut gondrong.
Aku langsung menoleh pada Deasy.
"Aku bisanya puisi, Kak," seru Deasy. "Diiringi pakai gitar, ya," pintanya.
"Oh, OK, siap!" jawab Si Kakak gondrong bersemangat. "Puisinya sudah ada belum?"
Deasy menggeleng. Si Kakak gondrong termenung sejenak. Sementara beberapa Kakak Mahasiswa beranjak hingga tersisa Kak gondrong dan Kakak berkerudung saja.
"Kalau begitu nanti aku carikan. Puisinya harus sedih. Temanya kan perpisahan."
"Nah, cocok itu," sambar si kakak berkerudung.
"Jadi, aku enggak ikut nari boleh ya, Kak Widya," tanya Deasy.
"Lho, kenapa?"
"Urusan gerak aku biasanya kurang luwes." Deasy meringis.
"Bagaimana kalau dicoba dulu?"
Akhirnya Deasy mengangguk.
"Jadi, kita mau nari apa, Kak?" tanya Ratna.
"Mm, untuk hari ini, Kakak ingin beri materi dasar dulu, biar nantinya kalian mudah menguasai tarian-tarian berikutnya," terang Kakak berkerudung.
Kami mengangguk-angguk. Kakak berkerudung yang sejak tadi masih duduk di kursi akhirnya bangkit. Dia berdiri tak jauh dari kursi dan bersiap mengajari kami.
Kami berbaris sejajar, siap mendengarkan dan mempraktikkan yang diajarkan si Mbak cantik.
"Baik, hari ini Kakak akan memberitahu kalian lima gerakan dasar menari pada tangan."
Kami berlima menyimak dengan baik.
"Yang pertama ukel. Nah ukel tuh begini, ambil, putar, simpan. Ambil, putar, simpan," komando Kakak cantik dengan memeragakan gerakan pergelangan tangan memutar disertai berubahan gerakan beberapa jari.
Kami menirukannya sebanyak lima kali. Tapi aku kaget waktu Kakak berkerudung menuju ke arahku.
"Wah, kamu luwes sekali," pujinya.
Aku tersenyum senang. Teman-teman minta diajari sama aku.