Aku, Buku & Rindu

An Purbalien
Chapter #10

BAB 10. Air Mata

Pada istirahat kedua, aku mengajak Ratna mengunjungi perpustakaan sekolah. Ohya, istirahat di sekolah kami dua kali. Pagi dan siang. Kami biasa berkumpul hanya pada istirahat pertama. Kalau istirahat kedua uang saku sudah habis, makanya kami tidak janjian bertemu di kantin lagi. 

"Tumben?" sahut Ratna sedikit ogah-ogahan. 

Kami memang jarang ke perpustakaan. Ye, jujur banget, ya? Bagiku yang kemarin-kemarin kesulitan membaca, apa menariknya perpustakaan? Lagi pula, sepertinya selama ini gerakan perpustakaan biasa saja. Tidak ada acara-acara yang wow, agar para siswa tertarik dan berminat singgah di sana. 

Coba kalau perpustakaan sekolah memberi doorprise peminjam buku terbanyak setiap tahunnya, atau pengunjung terajin, kalau tidak ya lomba bercerita. Bisa juga menceritakan kembali buku-buku yang sudah dibaca. Yah, ideku banyak. Padahal pastinya bukan aku yang bakal jadi pemenang. Bagaimana mau jadi pemenang? Mengunjunginya saja hampir tidak pernah.

"Aku mau cari buku seperti punya Kak Arya."

"Memangnya ada?" sahut Ratna ragu. 

Aku hanya menggeleng karena aku sendiri juga nggak tahu di perpustakaan sekolah ada atau tidak. 

Kami sedikit celingak-celinguk di sana. Maklum, sangat jarang mampir. Sebenarnya tempatnya sangat nyaman. Masih lebih bagus perpustakaan dibanding kantin tempat Pak Kardi dan yang lainnya berjualan.

Agak mengejutkan juga, karena ternyata kehadiran siswa disambut seorang petugas piket dari OSIS yang melempar senyum manis dan mempersilakan kami meletakkan sepatu di raknya. Ini kemajuan. Dulu belum begini. Apa aku sudah terlalu lama tidak main-main ke perpustakaan sampai tidak tahu perkembangan? 

Ohya, yang dari OSIS adik kelas. Mereka sekarang kelas VIII. Pada bagian dekat pintu masuk ada anak OSIS lagi yang menyampaikan selamat datang di perpustakaan SPENSA sambil menangkupkan tangan kemudian mempersilakan kami mengisi buku kunjungan. Wah, ini auto ingat di minimarket yang ada di seluruh Indonesia. Ingin tertawa, tapi enggak pantas. Apanya yang mau ditertawakan. Kan ini bagus.

Ketika kami mulai berjalan, seorang anak laki-laki memakai kokar menunjukkan dengan tangannya. 

"Silakan Kakak. Di sebelah selatan buku-buku pelajaran. Untuk bagian tengah buku ilmu pengetahuan pendukung buku pelajaran. Pada bagian Utara buku-buku fiksi dan pojok bagian barat itu kliping-kliping siswa."

Aku mengangguk dan berterima kasih. Isengnya, bukan langsung menuju rak yang dicari. Tapi sengaja mengunjungi setiap rak sekadar membuktikan apakah petunjuk dari si adek kelas yang comel itu benar? Dan ternyata memang benar. Kalau sampai ketahuan pasti bakal malu sendiri. Terkesannya seperti orang yang nggak percayaan. 

Lihat selengkapnya