Kami berlarian menuju rumah Pak Lurah. Tiba di sana, panggung sudah mulai dipasang. Kami berdiri mematung memperhatikan tratag terpasang. Selain ada tukang yang mengerjakan, kami tidak tahu apa yang bisa kami lakukan untuk membantu.
"Deasy, sini!" Kak Lena melambaikan tangan ke arah sahabatku.
"Saya?" jawab Deasy dengan gerak bibir dan tangan yang ditempelkan ke dada sekadar untuk memastikan.
Kak Lena mengangguk. Tak hanya Deasy yang mendatangi panggilan Kak Lena. Kami semua berinisiatif ke sana. Barangkali ada yang bisa kami kerjakan di sana.
"Kalian bantu melipat kardus snack, ya." Kak Lena memberi petunjuk cara membuat garis lipatan kardus snack dengan menekannya menggunakan sendok, kemudian merangkainya dan dikuatkan memakai Staples.
Sebenarnya hal yang mudah. Tapi bagi kami yang belum pernah melakukannya memang perlu diberitahu terlebih dahulu. Biasanya ketika makan snack hanya dihabiskan isinya, kemudian bungkusnya dibuang. Jika kebetulan ada bak sampah langsung ke tempat sampah. Tapi jika tidak, paling hanya ditumpuk dengan yang lain dan membiarkan panitia yang bekerja. Selama ini sama sekali tak pernah mencari tahu bagaimana proses melipatnya.
Kami bekerja sambil bercengkrama. Yang ada dalam pikiran kami, bahagia karena apa yang sudah kami pelajari berhari-hari nanti saatnya ditampilkan. Kami juga berharap acara nanti malam berjalan lancar. Setidaknya itu menambah kesan positif kakak-kakak mahasiswa KKN di hati penduduk.
***
Tepuk tangan meriah mengiringi sambutan Pak Lurah. Beliau berkali-kali memuji Kakak-kakak mahasiswa dan universitas tempat mereka belajar. Pak Lurah juga berterima kasih atas sumbangsih mereka untuk desa Taman Asri.
Berbeda sekali dengan sambutan perwakilan Kakak-kakak KKN yang disuarakan Kak Gilang, penuh rasa haru. Dalam sambutannya Kak Gilang juga menyampaikan rasa terima kasih mereka atas penerimaan Pak Lurah juga penduduk, serta kesempatan dan kepercayaan pada mereka melakukan eksperimen.
Rasa sedih itu lebih nyata ketika Deasy membacakan puisi perpisahan diiringi petikan gitar Kak Arya.
Sarak membuat dadaku sesak
Tapi tenanglah
Itu tak akan lama
Kuingat nilai-nilai yang kau tanamkan
Kan selalu kugenggam sebagai panduan
Aku tak akan hilang arah
Kiranya kau juga jangan
Suatu saat akan kubisikkan melalui bayu
Hai, apa kabar kamu?
Aku dan Ayu saling menggenggam. Sementara satu tangan kami memegang tisyu yang entah sudah berapa kali menyapu sudut mata. Dadaku sesak. Tapi aku tak boleh menangis. Nanti bagaimana dengan riasanku? Padahal setelah drama musikal yang dimainkan kakak-kakak KKN, nantinya giliran kami yang tampil.