Shankara kecil hidup dalam keluarga yang penuh cinta dan kebahagiaan. Ia adalah seorang anak yang ceria, selalu merasa aman di tengah kehangatan kasih sayang orang tuanya. Setiap hari, kedua orang tuanya selalu meluangkan waktu untuk berbicara dengannya, mengajarinya banyak hal yang belum ia ketahui, mulai dari cara mengikat tali sepatu, menghafal abjad, hingga hal-hal kecil seperti cara menyayangi binatang dan teman-temannya. Shankara merasa seperti pusat dunia bagi kedua orang tuanya. Mereka selalu ada, memberikan perhatian penuh yang membuat Shankara merasa istimewa dan dicintai.
Suatu hari, ibunya memberi kabar besar yang mengubah suasana di rumah. "Nak, sebentar lagi kamu akan punya adik," kata sang ibu sambil tersenyum lembut. Mata Shankara membulat, penuh rasa ingin tahu. "Adik?" tanyanya polos, tidak terlalu paham apa yang dimaksud.
Ibunya mengangguk dan mengelus perutnya yang mulai membesar. “Iya, adik. Kamu akan menjadi seorang kakak. Itu berarti kamu harus jadi lebih dewasa dan menjaga adikmu nanti.”
Ayah Shankara yang mendengar percakapan itu ikut berbicara. “Nak, adikmu nanti akan sangat membutuhkanmu. Kamu akan jadi kakak yang baik, kan? Kamu harus selalu menyayangi dia, apapun yang terjadi. Bagaimana pun keadaannya nanti, adikmu akan selalu membutuhkan kasih sayangmu."
Mendengar itu, Shankara merasa bangga. Meski ia belum benar-benar mengerti apa artinya menjadi seorang kakak, ia mengangguk dengan penuh semangat. "Aku janji, Ayah, Ibu! Aku akan sayang sama adik!" jawabnya dengan wajah berseri-seri. Kedua orang tuanya tersenyum mendengar jawaban tulus Shankara. Mereka memeluknya erat, menyelimuti Shankara dengan perasaan hangat yang tak pernah ia ragukan.