“Sekarang kita ngapain nih? Aku kan udah bantu ngerjain tugas kamu dan sekarang kamu temenin aku jalan-jalan sekarang, ayok.”
“Aku malas kapan-kapan aja enggak usah sekarang.”
“Kalau kapan-kapan itu pasti enggak akan jadi, Vian. Lebih baik sekarang aja, lagi pula baru jam tiga masih bisa lah kita pergi keluar sebentar. Jam segini tuh sangat pas kalau pergi jalan-jalan.”
Vian menatap Dikta menimbang-nimbang menerima ajakan laki-laki ini atau tidak. Sebenarnya ia sangat malas pergi keluar bersama Dikta yang pasti akan seenaknya sendiri menentukan tempat membawanya ke sana kemari, tapi karna ia merasa hutang budi terpaksa ia meyetujui dengan menganggukkan kepala.
“Serius berarti kita pergi sekarang kan, ya udah ayok tunggu apa lagi.” Ujar Dikta udah siap-siap ingin berdiri, takut Vian berubah pikiran.
“ehh tunggu dulu aku belum siap, tunggu sebentar aku mau siap-siap dulu.”
Vian langsung pergi berjalan ke kamarnya, ingin berganti baju merapikan penampilannya agar tak kelihatan jelek-jelek amat. Baru juga ia menganggukkan kepala, langsung saja Dikta menyuruh berangkat, dasar enggak sabaran. Ia ke kamar mengganti pakaian rumahannya dengan sweeter bewarna abu-abu dan jins panjang setelah itu ia mematut dirinya di cermin merapikan rambutnya. Setelah dirasa cukup Vian mengambil tas selempang lalu pergi keluar kamar dengan langkah cepat takut Dikta lama menunggu.
“Udah rapi aja nih, ayok berangkat.” Ujar Dikta melihat Vian yang berdiri di depannya.
Vian diam mengikuti langkah Dikta menuju pintu depan rumah, dan sebelumnya Vian sudah minta izin ke mamanya untuk pergi dengan Dikta. Ia melihat Dikta lagi memakai helm di kepala, dan setelah itu Dikta memberikan helm hitam yang biasa ia pakai, jika ia berbonceng dengan Dikta. Vian enggak tau Dikta akan pergi ke mana, jalan-jalan ke mana, lagi pula kalau ia yang menetukan ke mananya ia juga bingung harus pergi kemana, palingan keliling-keliling melihat ramainya jalanan kota, sudah itu aja. Jadi biarlah ia ngikut aja ke mana Dikta mau pergi.
“Kamu mau makan enggak, Vian?”
“Tergantung, emang mau makan apa?”
“Iya terserah kamu, kalau kamu mau makan kita beli makan dulu.”
“Enggak deh kayaknya, lagi pula aku udah kenyang.”
“Ya udah kita mau ke mana nih, aku bingung soalnya, ke mana ya enaknya?”
Vian diam, ia aja bingung seharusnya kan yang ngajak yaitu Dikta yang sudah memikirkan semuanya.
“aku juga enggak tau, terserah kamu. lagi pula 'kan kamu yang ngajak, jadi aku ngikut aja.”