Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan

EMERENCIA
Chapter #1

Awal memulainya

Pagi ini seperti biasa, hiruk pikuk suara jalanan ramai, orang- orang sibuk dengan segala aktivitasnya, sementara aku sibuk menikmati kegiatanku yang penuh dengan tanda tanya besar, aku akan kemana setelah ini?! Awal dari segalanya dimulai..ketika rumah tak lagi tempat yang nyaman untukku berteduh, masalah financial keluarga menjadi alasan awal merantau kedaerah yang tak kukenal sama sekali. Ini semua dimulai ketika aku tamat SMA. Namaku Shella, aku anak kedua dari 4 bersaudara. Kakakku, namanya Dian! dia sudah tamat dari S1 nya, dan bekerja sebagai accounting disalah satu perusahan swasta terkenal. Namun kakakku bukanlah typical orang yang peduli dengan kehidupan orang lain. Dia typical penyendiri dan cuek terhadap sekitar, bahkan keluarganya. Aku juga punya dua adik yang membanggakan, mereka adalah Rafa dan Mika, mereka masih berada dibangku sekolah.

Saat ini aku berada dibangku kelas 3 SMA, dan sudah selesai Ujian Nasional. tinggal menunggu hasil ujian. Aku punya mimpi ingin kuliah, tapi apa daya orangtua tak mampu. Berulang kali, aku mengutarakan niat kuliahku pada ayah dan ibuku, hingga terjadi perang dirumah, saat aku meminta izin sekali lagi pada ibuku, agar bisa kuliah. Namun yahhhhh seperti biasa, aku tak dapat restu, aku gagal meyakinkan ayah dan ibuku. Aku bersikeras!. yang ada hanya memperumit keadaan dirumah. Aku bosan untuk terus menerus bertabuh genderang dengan ibuku, yang selalu mengucapkan kalimat menyakitkan, "jangan mimpi kamu! kamu itu terlahir dari keluarga miskin! jangan sok-sok mau seperti temenmu yang anak orang kaya. mereka bisa sekolah ditempat bagus! karena orangtuanya punya uang! mereka bisa kuliah, karena bapak ibu nya punya uang!!!! Ngaca kamu!!!! Udalah kamu gak usah bermimpi untuk kuliah, tamat SMA ajah uda syukur bisa dibiayai! gak mikir kamu itu, adik-adikmu gimana nasibnya kalau kamu bersikeras kuliah! Haaaa??? Gak mikir kamu, nanti mereka bisa-bisa putus sekolah! liat kakakmu si Dian, uda disekolahin malah gak tau diuntung. mana ingat orangtuanya, sepeserpun kami gak dikasi buat bantu biaya sekolah kalian! jangankan masalah uang, nanya kabar kami pun, dia gak pernah! Paham kamu!!! Jadi tolong, kamu itu jangan EGOIS!!!!!!! begitu kata-kata ibuku yang acap kali kudengar setiap kali kami bertengkar. Aku hanya bisa menangis didalam kamarku, karna tidak terima ibuku selalu membandingkan niat kuliahku dengan kelakuan kakakku,Dian. Kuakui, orang tuaku memang dulu sangat memanjakan kakakku, segalanya dipenuhin untuk kakakku, namun ntah bergaul dengan siapa, kakakku malah menjadi orang terarogan sejagat raya, sampai tak ingat membalas jasa ayah dan ibuku, walau aku tau bukan materi yang diharapkan ayah dan ibuku, melainkan perhatian dari kak Dian. Namun apa dayaku setiap kali kami menghentikan genderang perang dirumah , aku hanya bisa mengurung diri dikamarku. dan hari ini,aku gak sengaja, melewati pintu kamar ibuku, dan melihat ibuku menangis. Aku terdiam, dan kembali kekamarku dan berpikir, ibuku sebenarnya tak ingin menyakitiku namun keadaanlah yang membuatnya melakukannya. Hatiku bergejolak, tak henti-hentinya air mata ini membasahi pipiku. Hingga malam tiba, aku kelelahan menangisi keadaan sepanjang hari. Aku ambil posisi untuk berdoa, barangkali sang pencipta masih mau menolong, pikirku. Aku menarik nafasku panjang dan mengelus dadaku. Aku memantapkan hatiku untuk mengikhlaskan segalanya..mengikhlaskan maafku untuk ibuku. Aku mengangap ibuku mungkin sedang lelah, kurang istirahat, sehingga tak mampu menahan emosinya. Aku berusaha menguatkan hatiku, pengumuman kelulusanku sebentar lagi, dan aku mulai berpikir, langkah apa yang aku ambil? gak mungkin aku galau dan kecewa terus- menerus kaya gini. Apa aku mencoba untuk merantau ya? tapi alasannya apa? otakku terus berpikir. Dan gak lama aku mendapatkan ide, esok harinya, aku memberanikan diri berbicara kepada ayahku untuk meminta izin merantau keluar daerah, setelah pengumuman kelulusan minggu ini keluar, dengan alasan ada seorang teman lama yang menawarkan pekerjaan sebagai penjaga toko, untuk menggantikan seorang karyawan yang akan resign, dan ketika aku mengutarakan ide itu ke ayah ibuku, mereka cuma bisa diam, dan tiba-tiba ayahku menangis. Karna aku tau, ayah pasti tidak tega membiarkanku pergi, apalagi aku anak rumahan, yang gak pernah tau lingkungan diluar lingkungan rumahku dan sekolahku. Tapi karna tidak mau mengecewakanku, ayahku hanya bilang, " Ya sudah..kalo kamu mau merantau, jaga dirimu baik-baik". Kalimat itu selalu aku jaga. Dan aku memantapkan hati dan langkah untuk merantau. Dari situlah awal aku memulai segalanya.

Sampai tiba dihari kelulusan, aku dan ayahku ke sekolah untuk melihat pengumuman kelulusan. Guru-guruku mengumumkan bahwa semua siswa tahun ini lulus 100%. betapa bahagianya semua siswa kala itu. Dan guruku, yang biasa kami panggil mami Rona bukan bu Rona, karna kedekatannya pada semua siswa. Beliau nyamperin aku dan ayahku, dan berkata keayahku " Selamat yah pak, anak bapak, Shella uda lulus dari SMAnya. Trimakasih bu. Jawab ayahku. setelah ini, Shella akan kuliah dimana pak? tanya mami Rona. Ntahlah bu, belum kepikiran, karna terbentur biaya, doakan saja ya bu, semoga ada jalan buat Shella. Jawab ayahku lirih. Pak, Shella anaknya sangat energik, dia juga pintar, dan yang saya suka darinya, dia itu gak pernah pilih-pilih teman,dan selalu senyum. Sayang kalau tidak kuliah pak. Semoga ada jalan buat Shella, saya yakin Shella itu adalah pembuka jalan buat keluarganya untuk mendapatkan cahaya. Saya yakin, Shella akan jadi pelindung bagi keluarganya. Tolong diusahakan agar dia bisa mencapai mimpinya ya pak, bapak selaku ayahnya, jangan menyerah. Yakin saja, pasti akan ada jalan. Demikian mami Rona meyakinkan ayahku, dan aku memeluk mami Rona sebagai salam perpisahan, karna mungkin tidak akan bertemu lagi nantinya, kalau pun bertemu, mungkin sudah berapa tahun kemudian.

Kami meninggalkan sekolah, dan kembali pulang kerumah. Ayahku tidak berbicara sepatah katapun saat kami dalam perjalanan pulang, aku tidak tau perasaan apa yang sedang merasuki ayahku, setelah mami Rona memberikan wejangan terakhirnya.

Lihat selengkapnya