Polemik Kehidupan Dibalik Keceriaan

EMERENCIA
Chapter #2

Rumit

Hari ini waktunya, aku pamit ke orangtuaku untuk beranjak pergi mengadu nasib ditempat yang baru. Jantungku mulai berdetak kencang, langkahku gemetar, dan dengan berlinang air mata aku meminta restu pada ayah dan ibuku, agar tak salah langkah sekalipun kepahitan yang kuterima tapi mereka tetaplah orangtuaku. Setelah itu aku pergi dan naik kedalam bis yang aku tumpangi, untuk mengantarkan aku ke stasiun kereta. Setibanya aku distasiun, aku berhenti sejenak melihat sekitarku, dan aku mulai menarik nafas panjang, dan melepaskannya sembari mengelus dadaku, sambil berbisik pada hatiku, "semuanya akan baik saja. Semua akan baik saja. Dan akan selalu baik saja. Percayalah " . Setelah itu aku masuk ke gerbong kereta dan mencari sudut kursi, dimana aku bisa tidur pulas dalam perjalanan. Aku tidak tau sudah sampai sejauh mana kereta ini melaju..tapi tiba-tiba, ada seorang ibu yang membangunkanku dalam lamunan tidurku..si ibu menawarkan makanan, karna mungkin saja dia sudah memperhatikanku sejak lama dan melihat aku belum makan sama sekali, disepanjang perjalanan kereta. Karena memang perjalanan keretaku sangat lama, ditambah ditengah perjalanan, ada rel yang rusak, yang membuat kami terpaksa harus menunggu sampai petugas rel bilang aman untuk melanjutkan perjalanan. " Dek (begitu ibu itu menyapaku)..ini makanlah ada sedikit makanan..katanya..Aku tersenyum pada si ibu itu. dan bilang..makasih bu.. Rasa hormat untuk menolak tawarannya. Lalu si ibu mengajak aku ngobrol..lama dan sangat panjang sampai disuatu titik, siibu mulai mengenali wajahku. dan dia bertanya, dek..kamu anak nya pak Erwin ,siibu menyebut nama ayahku .Aku menjawab " ya bu.." bagaimana ibu bisa tau.. Tanyaku lanjut" . Oh tentulah ibu tau dek..ayah dan ibumu adalah teman lama saya..tapi setelah saya pindah, saya tak lagi komunikasi dengan mereka karna tidak adanya alat komunikasi. Paling nanti lah kalau ibu main ke rumah kalian disana,ibu pasti menyempatkan waktu untuk mampir bertemu ayah dan ibu mu..oia dek, Kamu Shella bukan yah?? Atau siapa? Maklumlah dek, Ibu rada-rada lupa, soalnya ibu melihat kalian itu terakhir masih kecil-kecil. Kata si ibu. Ya bu, Saya Shella. Jawabku

kemudian ibu itu bertanya lagi.." dek..sebenarnya kamu mau kemana? Dan kenapa sendirian? Aku belum tau bu.Tapi tiketku mengarahkan aku ke stasiun yang paling terakhir,Jawabku. Dengan rasa pilu si ibu bicara lagi padaku.." dek..sekiranya kamu memang belum tau tujuanmu kemana. Tinggallah dirumah ibu..lagian kamu kenal kan anak ibu namanya Wildan ? Aku mulai mengingat-ingat nama itu seperti tak asing bagiku..dan si ibu melanjutkan obrolannya..Wildan itu mungkin kakak kelasmu dulu disekolah dek..tapi karna dia sering pindah-pindah sekolah dan hanya sebentar saja tinggal didaerah kalian, mungkin kamu lupa. Tapi nanti kalau kamu ketemu anak ibu dirumah, obrolan kalian pasti seru dan nyambung..aku hanya tersenyum menghargai cerita siibu. Setidaknya ada temen ngobrol didalam perjalananku yang kelam.Pikirku.

Sampai tibalah siibu diakhir perjalanannya, dan sekali lagi bertanya " dek..bener gak mau ikut ibu turun..biar tinggal dirumah ibu? Gak bu. Makasih. Kapan- kapan saya akan mampir bu, kalau ada kesempatan. Jawabku. Baiklah dek. Ibu duluan yah katanya. Dan ibu itupun turun dari kereta sambil melambaikan tangan pertanda salam perpisahan kearahku. Aku membalas lambaiannya sambil tersenyum. Kereta terus melaju, bayangan siibu mulai menghilang dari hadapanku. Sedangkan aku masih terus melanjutkan perjalananku. Disepanjang jalan aku berpikir, ternyata sangat mengasikkan, ketika kita harus saling sapa dengan orang-orang disekitar kita. Menjadikan suasana lebih hidup, dibandingkan zaman sekarang yang sudah mendewakan dunia digital dan dunia maya. Ahhhh..sudahlah..semua pasti indah menurut zamannya. Aku tersenyum.

Hari mulai gelap dan aku tertidur kembali, karna perkiraan baru sampe tempat tujuan besok subuh. Dan akhirnya aku tiba di stasiun terakhir..aku turun dan melihat sekelilingku..bingung..deg-degan pasti..karna daerahnya aku belum tau sama sekali..tapi dengan rasa percaya diri, aku melangkah mencari orang yang bisa aku tanya-tanya tentang alamat temen lamaku. Akhirnya aku mulai dengan perjalanan naik angkot depan stasiun, Aku duduk tepat dibelakang pak supir. Agar gampang bertanya. Tapi rasa kebingungan tidak bisa membohongi mimikku yang mulai gelisah, sambil terus bertanya sama pak supir " pak..masih jauh gak?..

Sabar dek..nanti juga kalau sudah sampe bapak kasitau. Jawab Pak Supir. Ada mungkin berapa kali aku bertanya kepada pak supir dan dia tetep menjawab sabar. Dan akhirnya aku sampai kesuatu tempat, dimana titik alamat yang diberikan teman lamaku. Ternyata masih harus jalan kaki lagi kira-kira 2 km.tapi aku tetep menikmati. Dan sampailah aku ditempat temen lamaku. Dan dia kaget aku sampai dirumahnya, karna dia kira aku bercanda untuk mau menemuinya. Kami sharing dan dengan menitihkan air mata kami saling memeluk satu satu sama lain. Dia adalah Winny,temen lamaku. Kami adalah sahabat zaman kecil. Namun dia lebih beruntung bisa sekolah ke kota. Jadi Setelah tamat SD dia sudah pisah dengan kami temen-temennya dikampung, demi menuntut ilmu yg lebih baik.

Dan aku memulai babak baru dengan lembaran baru dikehidupanku. Bukan mudah untuk mencapai segalanya, namun ketika aku meyakini bahwa selama mau berjuang dan tak kenal lelah, semua pasti ada jalannya.

Lihat selengkapnya