Aku dan Empat Bidadari Reseh

Lirin Kartini
Chapter #4

BAB. 4 - EMPAT BIDADARI

Gedung berlantai empat yang dominan berwarna putih dengan aksen hijau dan kuning tampak di depanku setelah turun dari bus. Kulihat sudah banyak anak-anak yang berkerumun dan memasuki gerbang. Mereka tampak bercanda dengan teman seperjalanannya.

Setelah menarik napas dalam dan mengembuskannya kuat-kuat, aku menggerakkan kaki untuk mengikuti mereka. Mataku mengedar ke segala arah. Mencari kemungkinan ada salah satu atau beberapa orang yang kukenal yang ternyata tidak kutemukan. Aku cukup lega dengan hal itu. Pengalaman buruk di SMP, kuharap tidak terulang lagi di sini.

Beberapa saat kemudian, terdengar cekikikan di belakangku dan tubuhku mendadak terlempar ke depan. Beruntung kakiku sigap menahan berat tubuh agar tidak jatuh.

“Oh, sori, sori.” Seorang pemuda berwajah lugu dengan rambut berantakan menghampiriku. Sudut matanya melirik ke tiga pemuda lain di belakangnya yang sedang tertawa. Sepertinya aku memahami apa yang terjadi.

“Sori, mereka yang mendorongku.” Pemuda yang tampak seumuran denganku meminta maaf sekali lagi untuk sesuatu yang bukan kesalahannya.

“Sampai nanti!” Tiga pemuda itu melewati kami dengan santai sambil tertawa.

Aku pun tidak menghiraukannya dan bergerak maju. Jangan cari masalah! tegasku berulang-ulang pada diri sendiri.

“Kelas sepuluh juga?” Pemuda jabrik tadi menjajari langkahku. “Aku Samuel. Panggil aja Sam atau Sammy.” Tangannya terulur padaku.

“Ezra,” jawabku sambil menjabat tangannya.

Kami lalu melangkah beriringan dengan sedikit obrolan basa-basi pada umumnya. Mendapat satu teman baru sedikit membuatku lega.

“Yang tadi itu … siapa?” Aku tidak dapat menyembunyikan rasa penasaranku dengan tiga anak laki-laki tadi.

“Kakak kelas waktu SMP.”

“Kenal dekat?”

 

“Ehm ….” Wajah Sam berubah sendu ketika membicarakan anak-anak itu. Tanpa dijelaskan pun aku mengerti apa yang dialami Sam sewaktu SMP. “Tadi itu cuma sapaan mereka setelah liburan,” jelas Sam.

Aku hanya diam menatap sepatu hitam yang menapaki jalan menuju kelas.

“Nggak usah kuatir. Selama nggak macam-macam sama mereka, aman kok.” Sam tampak mencoba menenangkanku.

Lihat selengkapnya