Aku dan Empat Bidadari Reseh

Lirin Kartini
Chapter #14

BAB. 14 - ADA APA DENGANMU

Meski perasaanku sedang tidak keruan, tetap saja aku merasa penasaran dengan Liam dan Clara. Rasa-rasanya ada yang aneh dengan mereka. Hubungan mereka tepatnya. Liam selalu terlihat sebagai perundung di sekolah, tapi Sam selalu membelanya dan tidak marah. Sementara Clara, sikap dinginnya yang waktu itu bertolak belakang dengan apa yang aku lihat kemarin.

Ada apa sih sebenarnya dengan mereka ini?

Rasa penasaran itu membuatku tidak tenang dan satu-satunya yang sepertinya tahu banyak tentang mereka berdua adalah Sam. Aku pun mengirim pesan padanya dan mengajaknya bertemu.

Sam setuju dan memintaku datang ke rumahnya, meski kalimat terakhirnya berupa candaan, “Kita mau nge-date nih? Hahaha” dengan emoji tertawa.

Aku pun segera bersiap-siap. Saat memasukkan ponsel ke saku, pintu kamarku diketuk dengan keras sekali. Tersangkanya hanya satu, siapa lagi kalau bukan ….

“Echa!” seruku.

Gadis itu tampak terkejut karena pintu terbuka tiba-tiba dan tidak sempat menurunkan tangannya yang nyaris mengenai hidungku. “Eh, Kak Ez,” katanya sambil nyengir kuda.

“Apaan sih? Pintunya bisa rusak kalau digedor kayak gitu! Kamu itu cewek, tapi kenapa tenaganya kayak kuda?!” omelku kesal lalu menutup pintu di belakangku.

Echa tidak menanggapi omelanku, tapi bibirnya maju beberapa milimeter. “Kak Ez mau pergi?” tanyanya.

“Iya,” jawabku sambil terus berjalan ke pintu menuju tangga.

“Ke mana? Ikut dong!” Echa mengekor dan mengamit lenganku.

“Nggak boleh. Kak Ez mau pergi sendiri.” Aku melepas tangan Echa dariku.

“Kak Ez pacaran?”

Pertanyaan itu membuat langkahku berhenti dan menatapnya. “Siapa yang pacaran?”

“Anak mana? Di sekolah Kak Ez? Sekelas? Cantik?” Echa terus mengajukan pertanyaan yang entah berdasarkan apa.

Jujur saja, tebakannya hampir benar. Aku memang tidak, atau belum berpacaran, tapi semua pertanyaannya itu mengarahkan pada satu nama di kepalaku. Clara.

Ah, apa anak ini juga punya bakat bisa membaca isi kepala orang lain?

Mendadak aku tersadar. Mengapa aku harus takut dan menuruti bocah bawel ini? Sepertinya kejadian tentang Liam dan Clara sedikit membuat pikiranku bergeser.

“Mau pacaran atau enggak, nggak ada urusannya sama kamu,” jawabku sedikit ketus. “Kamu juga deket-deket sama Yogi, pakai alasan mau pinjam komik. Kak Ez juga nggak ikut campur kalau bukan kamu yang minta.”

Echa gelagapan. “Kok bawa-bawa Yogi segala?” serunya gugup.

Aku tersenyum puas melihat wajah adik bungsu super manja itu semerah kepiting rebus. “Bener, ‘kan?”

“Nggak!”

“Nggak bohong?”

“Kak Ez, iiiihh!” Echa sudah siap mencubit, tapi aku lebih gesit dan berhasil mengelak lalu tertawa.

“Po-pokoknya, Kak Ez nggak boleh pacaran sampai aku gede!”

Lihat selengkapnya