Aku dan Empat Bidadari Reseh

Lirin Kartini
Chapter #28

BAB. 28 - PERASAAN ECHA

Echa sudah terlihat lebih baik saat aku dan Edith kembali ke rumah. Demamnya sudah turun dan energinya terisi kembali. Dia menyambut kami dengan wajah semringah dan membantu mengeluarkan barang belanjaan.

“Kak Ez belanja banyak banget. Ada buat aku nggak, ya?” ujarnya sambil membongkar tas belanja di meja.

Aku hanya tersenyum saja karena aku memang sudah membelikan sesuatu buat Echa. Saat menemukannya, mata Echa langsung berbinar, seolah tidak ada tanda-tanda dia baru sembuh dari sakit.

“Yeay! Kak Ez memang yang terbaik deh!” serunya sambil mengacungkan dua kotak es krim mangga kesukaannya.

“Jangan dimakan sekarang! Kamu baru sembuh!” larangku, tapi sudah terlambat. Gadis itu sudah membuka tutup berwarna merah kotak es krim di tangannya dan langsung menyendok isinya. “Echa!”

“Satu suap aja kok.” Echa nyengir lalu memasukkan es krim itu ke lemari es.

Sepanjang hari itu aku, Edith, dan Echa berada di dapur, bersama-sama menyiapkan makan malam. Yah, meskipun dua gadis itu tidak banyak membantu. Keberadaan mereka membuat pekerjaanku jadi lama. Mereka malah sibuk mengomentari segala yang kulakukan dan meminta macam-macam.

Sesekali aku menatap Echa yang tertawa senang. Seharusnya, aku ingin bertanya tentang perbuatannya yang menghapus pesanku. Namun, setelah mengetahuinya dari Edith, aku pun mengurungkannya. Aku juga tidak tega membuat gadis itu menangis lagi. Begini-begini, aku adalah kakak yang baik dan peduli, meskipun sering mengeluhkan kelakuan Echa. Manusiawi, ‘kan?

Masalah pesan Clara itu, masih bisa menunggu. Aku bisa bertanya langsung padanya. Lalu, aku mendadak terdiam. Otakku berputar cepat dan panik melanda.

Pesan itu sudah dihapus sejak kemarin. Tadi juga dihapus. Itu artinya ada jeda waktu yang cukup lama, dan jika mengiriminya pesan sekarang, apakah masih belum terlambat? Belum lagi, aku tidak tahu bagaimana reaksi Clara saat pesannya aku hapus tanpa membalas atau memberi alasan. Kira-kira apa tanggapannya padaku sekarang ini?

“Kenapa, Ez? Kok bingung gitu?” Edith rupanya memperhatikan perubahan wajahku.

“Nggak apa-apa. Habis ini makanannya selesai.” Aku berusaha fokus pada masakan yang kusiapkan.

Setelah semuanya siap, kami membersihkan dapur dan mandi. Pukul enam tepat, Emily dan Eiko bergabung dengan kami di meja makan. Makan malam itu berlangsung seperti biasa, seolah kejadian kemarin tidak ada. Emily seperti biasa menceramahi Edith tentang kuliahnya, dan seperti janji Edith tadi, dia tidak banyak membantah ucapan kakak tertua kami. Dia hanya mengangguk dan menjanjikan hal yang sama denganku tadi. Lulus tahun depan.

“Tepati janjimu, ya, Ed. Nanti aku belikan motor sebagai reward,” kata Emily.

“Serius, Kak? Aseeeekk!” Edith sangat girang. Tawanya begitu lebar dan matanya bersinar cerah. Dia bahkan memeluk Echa. “Nanti Kak Ed yang antar jemput kamu sekolah, Cha. Biar nggak naik mobil anjem lagi.”

Lihat selengkapnya