Aku dan Empat Bidadari Reseh

Lirin Kartini
Chapter #29

BAB. 29 - DEADLINE

“Guys, kita harus kumpulin IEW hari Senin!” Begitu pesan yang aku tulis dalam grup percakapan kelompok IEW. “Jadi, besok kita selesaiin semuanya.”

Bukan tanpa alasan aku memaksakan tugas ini selesai lebih cepat. Dalam pembicaraan dengan Clara kemarin, dia mengatakan dia dan beberapa kelompok lain sudah mengumpulkan materinya. Jiwa bersaingku pun muncul. Meski dia adalah gadis yang aku suka, tapi untuk urusan ini, aku juga tidak mau kalah. Tentu aku tidak mengatakan alasan sebenarnya pada teman-temanku. Aku hanya memberi informasi bahwa banyak kelompok dari kelas kami dan kelas lain yang sudah mengumpulkan.

“Lebih cepat, lebih baik.” Begitu kataku dan mengajak mereka bertemu di kafe Eiko. “Ganti suasana, biar semangat. Tapi, bayar sendiri-sendiri, ya.”

“Wah, nggak adil, Ez. Ini kafe punya kakak lo, jadi lo nggak bayar dong!” sungut Milo.

Aku tertawa. “Patungan aja kalau gitu,” usulku yang ternyata diterima mereka. Dengan syarat kami memesan menu yang sama.

Awalnya Eiko menolak, tapi aku tetap bersikeras agar kami membayar saja. Meski Eiko akhirnya setuju, tetap saja kami mendapatkan bonus kue tambahan yang jelas tidak bisa ditolak. Anggap saja diskon. Milo yang paling kegirangan dan berkali-kali mengucapkan terima kasih padanya.

“Kak Eiko udah cantik, baik pula. Mau kukenalin sama kakakku nggak? Jomlo dia.” Celotehan Milo itu jelas mengundang tawa kami. Bahkan Eiko juga tertawa dan menanggapinya santai lalu meninggalkan kami.

Selama beberapa jam itu aku dan teman-teman fokus menyelesaikan tugas IEW tersebut. Membuat bahan presentasi semenarik mungkin, termasuk melampirkan foto produk dan proses pembuatannya. Untungnya, beberapa waktu lalu, kami sempat memotret produk makanan itu dengan tampilan yang cantik, mengikuti tren di medsos yang estetik dan tak kalah dengan makanan di kafe atau restoran mahal.

Besoknya, kami menyerahkan flashdisk berisi materi IEW pada Bu Win. Beliau juga memberi informasi jika presentasi akan dimulai minggu berikutnya dan meminta kami mempersiapkan diri.

“Ah, lega deh satu tugas selesai.” Ben meregangkan badan dalam perjalanan kami ke kantin.

“Kita masih harus latihan presentasi lho.” Sam mengingatkan.

“Gue tahu, Sam. Tapi, gue mau istirahat dulu lah. Kepala gue udah ngebul!” Tangan Milo mengusap kepalanya. “Lo kasih tahu aja bagian gue yang mana, ntar gue pelajarin sendiri.”

“Aku juga, Sam. Infoin aja, ya?” pinta Ben.

Aku dan Sam mengangguk.

“Eh, tapi kayaknya kita perlu ngerayain hal ini nggak sih? Otak gue udah dipaksa bekerja keras, masa nggak ada reward gitu?”

Reward apaan? Emangnya kamu anak SD masih minta reward segala?” ejek Ben.

“Ah, elo, Ben. Sekarang bilang gitu, kalau beneran ada, elo juga yang paling cepet nyambernya!”

“Percuma aja kalau pakai duit sendiri. Coba kamu aja yang traktir kita gimana, Mil?”

“Ogah! Bayar sendiri-sendiri dong!”

“Dasar pelit!”

“Serah gue!”

Lihat selengkapnya