Aku dan Empat Bidadari Reseh

Lirin Kartini
Chapter #32

BAB. 32 - PUNCAK ACARA

Sabtu pagi, aku bangun lebih awal untuk mempersiapkan diri. Jika di akhir pekan biasanya aku libur memasak dan beraktivitas, kali ini tidak. Sebagai penebusan rasa bersalahku karena “menelantarkan” kakak dan adikku, aku ingin membuatkan mereka sarapan.

“Kamu udah bangun, Ez?” Suara Emily membuatku menoleh. Dia, Eiko, Edith, dan Echa muncul lalu duduk di kursi makan. “Bukannya kamu libur?” tanyanya lagi. Suaranya terdengar lemas.

“Hari ini acara puncaknya IEW,” jawabku sambil memperhatikan keadaaan mereka yang terlihat tidak biasa.

“Kamu bikin sarapan buat kami, ya?” Kali ini Eiko yang bertanya dengan nada yang sama seperti Emily.

Edith menatapku dengan mata setengah menutup. “Kalau belum bikin, aku nggak usah dulu, Ez,” katanya lalu menelungkupkan wajah ke meja.

“Aku mau … aku pengin masakan Kak Ez, tapi ….” Ucapan Echa terhenti karena wajahnya tampak pucat. Dengan mata membelalak dan pipi menggembung, dia buru-buru ke kamar mandi.

Aku bisa mendengar sesuatu yang dikeluarkan dengan paksa disertai suara Echa yang seperti tercekik. Selang beberapa detik, semua yang duduk di kursi makan pun berhamburan pergi yang sepertinya sama-sama menuju toilet, baik di lantai atas maupun bawah.

Echa muncul dengan wajah pucat dan lemas lalu merebahkan diri di sofa sambil memegangi perutnya. Aku segera menghampiri dan bertanya, “Cha, kamu kenapa? Itu mereka juga kenapa?”

Adikku itu menggeleng lemah, seperti ingin menjawab tapi tak bertenaga. Kemudian, Eiko masuk, disusul Edith, dan terakhir Emily. Semuanya rebah di sofa dan saling berdempetan.

“Kalian semua kenapa?” Aku mengulang pertanyaanku dengan cemas. Tidak pernah aku melihat keadaan mereka seperti ini, apalagi keempat-empatnya.

“Gini, Ez ….” Emily berkata lemah. “Kemarin … kami semua salah makan. Akhirnya ya ….”

“Iya … perutku sakit. Kak Ei sama Echa mual dan muntah. Untung kemarin kamu nggak ikut makan.” Edith melanjutkan.

Echa hanya mengangguk-angguk pelan tanpa menoleh.

“Jadi … sekarang ini kami semua lagi lemas di seluruh badan karena harus bolak-balik kamar mandi semalaman. Perutku juga sakit.”

Penuturan Eiko barusan membuatku sadar bahwa keributan yang samar-samar kudengar di tengah malam, berasal dari mereka. Namun, karena sudah kelelahan aku tidak menghiraukannya dan langsung tidur. Aku jadi merasa bersalah karena tidak memperhatikan hal kecil itu.

Lihat selengkapnya