Aku dan Empat Bidadari Reseh

Lirin Kartini
Chapter #35

BAB. 35 - DEEP TALK

Berkali-kali aku menatap ponsel di atas meja. Benda pintar itu masih saja senyap tanpa bunyi apa pun. Sementara itu, aku sudah mondar-mandir di kamar hampir sepuluh menit. Kepalaku pun dipenuhi pikiran macam-macam yang membuatku menyesali tindakan itu.

Seharusnya aku tidak melakukannya. Seharusnya aku diam saja dan menunggu seperti biasanya. Seharusnya aku tahu diri, dan banyak lagi pikiran buruk lainnya. Ya, aku tahu ini adalah pikiran terbodoh karena belum tentu Clara begitu. Namun, yang namanya gelisah, hal-hal itu muncul tanpa bisa ditahan.

Ah, mungkin dia lagi nggak bawa ponsel. Aku mencoba berpikir positif, tapi kemudian berubah. Mana mungkin? Zaman sekarang, manusia udah nggak bisa lepas dari benda tipis itu.

Mungkin lagi di-charge dan ditinggal? Aku terdiam. Pakai power bank, ‘kan bisa!

Ah, lama-lama aku jadi stress sendiri karena dua pemikiran yang saling berlawanan ini. Namun, saat aku sudah pasrah dan hendak keluar kamar, ponsel itu berbunyi. Tepat di menit ke dua puluh, nama Clara tertera di layar ponsel.

Dia menelepon!

Dengan jantung berdebar, aku menekan tombol hijau dan menempelkan ponsel di telinga. “Ha-halo?” Untuk ke sekian kalinya aku merutuki diri sendiri yang selalu gugup.

Halo, Ez.” Suara Clara di seberang terdengar riang seperti biasa. “Sori, tadi lagi di luar. Nggak kedengeran kalau ada pesan masuk.”

Tuh, ‘kan! Aku menegur diriku lagi.

Oh, aku telepon begini nggak apa-apa, ‘kan? Tadinya mau balas pesanmu, tapi kupikir mending langsung telepon aja biar cepet.”

“Oh, eh, iya, nggak apa-apa kok.”

Clara terkekeh. “Tumben nih. Ada apa?

Tanganku menepuk dahi. Aku mendadak lupa apa yang ingin aku katakan. Lebih tepatnya sih, belum tahu harus bicara apa. Pesan yang kukirim tadi hanya pertanyaan singkat “Hai, Clara. Sibuk kah?” dan tidak mempersiapkan jawaban selanjutnya. Aku terlalu sibuk menanti balasannya dan sama sekali tidak menduga dia akan menelepon.

“Eh, nggak apa-apa. Cuma pengin tahu aja.” Jawaban standar dan biasa itu meluncur. Astaga, gitu amat jawabnya? Kembali aku merutuk.

Clara tertawa. “Kupikir ada yang penting karena kamu tanya aku sibuk atau nggak. Tapi, nggak penting juga nggak apa-apa sih. Aku tetap senang kok.”

Lihat selengkapnya