Pagi itu kami sepakat bertemu di terminal Bungurasih. Dan mungkin akan menjadi perjalanan indah untuk kami berdua. Semoga ini yang terbaik itu harapanku. Saat asyik melamun, tiba-tiba ada yang menutup kedua mataku. Dari aromanya sudah bisa ketebak kalau ini tangan Mas Reza.
"Assalamualaikum, Mas," sapaku tersenyum, kedua tangan ikut memegang tangannya yang menutupi mataku. Mas Reza melepas tangannya,duduk di depanku sambil berkata, "Waalaikumsalam, sudah lama?" kata Mas Reza, lalu mengambil minuman yang sedang aku bawa dan langsung meminumnya.
"Lumayan, kita langsung berangkat atau istirahat dulu. Mas Reza sudah sarapan belum? Kita beli sarapan dulu ya?" kataku panjang lebar dan dibalas dengan senyum manisnya.
"Kamu lucu," ucap Mas Reza sambil menoel hidungku. Membuat keningku berkerut, Sedangkan Mas Reza memandangku dengan tersenyum geli.
"Ayo, katanya mau cari makan," ajaknya lalu berdiri sambil menggandeng tanganku.
Selesai sarapan kami pun berlanjut untuk menunggu bus jurusan Semarang. Ketika bus sampai kami langsung menuju tempat kursi yang kebetulan masih ada dua kursi berjejer. Bisa dibilang sepanjang perjalanan dari Surabaya-Tuban tangan kami masih saling bergenggaman.
Jarak dua jam perjalanan pun terasa cepat kalau orang lagi kasmaran. Seperti yang aku alami, duduk berdampingan dengan orang yang kita sayangi, memang terasa sangat nyaman dibanding saat duduk sendiri.
Bus yang kita tumpangi sudah berhenti di pasar, tempat aku dan Mas Reza turun. Lalu mencari becak untuk mengantarkan kami ke rumah. Saat memasuki kawasan rumahku, semua mata tertuju pada becak yang aku tumpangi. Tepatnya bukan padaku tapi pada seseorang yang ada di sampingku.
Becak berhenti di gang rumahku. Setelah turun dari becak dan membayarnya, aku pun mengajak Mas Reza masuk ke gang rumah. Dan tebak di depan pintu sudah berdiri Emak dan adekku, Ave. Mereka sangat antusias, saat aku bilang akan membawa Mas Reza ke rumah, dan ini buktinya.
"Assalamualaikum, Emak saya Reza," ucap Mas Reza tersenyum lalu mencium tangan Emak dengan takzim.
"Emaknya Nia, capek Cung?" (sebutan nama untuk laki-laki di daerahku).
"Alhamdulillah Mak, lumayan capek. Ini Ave ya?"
"Iya, Mas," ujar Ave tersenyum malu dan membuatku tertawa geli melihat tingkahnya.
"Emak," sapaku sambil mencium tangan Emak.
"Sudah sana, ajak Reza istirahat dulu, capek pasti, kan naik bus dua kali, ya kan Cung?" kata Emakku memandang ke arah Mas Reza.
"Aku juga capek lo Mak," ujarku manja sambil bergelanyut dipelukan Emak.
"Ih! Manja," tegur Ave dengan memutar bola matanya jengah.