Untuk orang yang melangkah kakinya menuju kebaikan, semua ancaman terurai dan ia menerobos waktu istirahatnya. Senyumannya menerangkan pikiranku. Inilah ayah, begitu kuat langkah kakinya menembus bumi. Kulihat tawanya, tampak tak ada kekesalan dalam hatinya. Aku kadang suka bingung akan keseharian sang ayah. Kupikir dia tak lelah, namun hal ini kuputar balik dari pikiranku. Rasa ingin membantu, namun apa yang kubisa lakukan.
Terkadang langkah kakinya ini tak memberi kesan kesedihan, hanya tegar pada kesabaran dan keahliannya dalam mencairkan suasana. Orang yang menuliskan nasihat terbaik dalam buku spesial di perpustakaan imajiku. Kesan yang sangat menuai bunga dan warna menghiasi dinding dinding lemari buku imaji yang kuat.
Aku heran, langkah semangat itu masih terngiang dalam otakku yang sudah semakin dewasa. Bekas itu tak bisa terhilangkan walau warna dinding mulai pudar. Kuratapi penyesalan yang tak kunjung usai menerima keadaan, walau nyatanya ayahku telah tiada. Uraian air mata tersirat seakan penuh tanya, kenapa ini terjadi begitu cepat?. Yang kubisa tanyakan hanya, "apa yang terjadi? kenapa aku tak bisa bangun dari mimpi ini?"