Aku dan Mereka Satu Jiwa

Fiyaseni
Chapter #1

1. Ketika Aku kecil

2009

Pagi itu aku terbangun dengan suara rintihan seorang wanita. Aku langsung membuka kedua mataku dan duduk dikasur, seraya memerhatikan seluruh isi kamarku. Tidak ada siapa pun dikamarku, aku mencoba beranjak dari tempat tidurku, lalu aku berjalan kearah jendela kamarku dan membuka tirai jendela tersebut. 

Sinar matahari menyilaukan pandanganku, akhirnya aku sedikit menutup tirai tersebut. Terlihat dari tirai yang kubuka sedikit itu, aku mendegar seperti ada suara anak-anak yang sedang tertawa.

Penasaran lalu aku membuka tirai tersebut secara keseluruhan dengan perlahan, dan ternyata benar. Banyak anak-anak yang bermain dihalaman rumahku. Namun, aku tidak mengenali siapa mereka, kupikir mereka orang baru yang baru saja pindah didekat rumahku.

Anak-anak itu sangat gembira sekali saat bermain, mereka bermain kejar-kejaran satu sama lain. Aku pun ikut merasakan hal tersebut, dan aku langsung keluar dari kamarku untuk bisa bergabung bermain bersama mereka.

Belum sempat aku keluar membuka pintu kamarku. Tiba-tiba Mamaku datang “Meirita kamu mau kemana, Nak?” tanya Mama.

Aku pun tersenyum kearah Mama. “Aku mau main, Mah. Banyak temen-temen yang main dihalaman rumah kita” jawabku.

Mamahku menyeritkan dahi lalu menyentuh kedua pundakku “Anak-anak siapa, sayang?” ucap mamah.

Aku langsung menarik tangan Mama dan membawanya kearah jendela kamarku. “Itu, Ma anak-anak, yang main dihalaman rumah kita” ucapku yang mengarah kemamah.

Mama melihat kearah luar jendela kamarku, ia menggelengkan kepala. “Kamu ngomong apa sih sayang, mana coba gak ada siapa-siapa disini."

Aku menoleh melepaskan tanganku dari mamahku lalu melihat kearah luar jendela kamarku. Aku terkejut ketika melihat keluar jendela tersebut, bahwa mereka semua tidak ada disana.

"Ma, aku aku melihat mereka ada disana, Ma. Berlarian," kelasku kearah Mama.

"Iya ... Tapi, mana? Kamu lihat sendiri, kan. Ga ada siapa-siapa disana."

"Tapi, Ma. Tadi Aku lihat sendiri-"

"Rita, sudah!" Potong Mama seraya menatapku, dan berhasil membuatku diam. "Lebih baik, kamu siap-siap untuk segera berangkat ke sekolah."

Tak dapat menolak perkataan Mama, akhirnya aku menanggapinya dengan anggukan kecil.A Akumencoba menjelaskan kepada Mama bahwa aku benar-benar melihat mereka disana, namun Mama mengelak dan menyuruhku untuk bersiap-siap ke sekolah.

***

Saat ini aku duduk dibangku sekolah dasar, tepatnya kelas 6 SD. Usiaku 11 tahun karena Mamaku memasukkan aku sekolah lebih cepat dari umumnya maka dari itu usiaku lebih muda dari teman-temanku. Teman-temanku rata-rata berusia sekitar 12 tahun, lebih tua dariku satu tahun.

Aku memiliki tubuh yang mungil saat aku SD dulu, sehingga orang-orang mengira bahwa aku masih sekitar kelas 3 atau 4 SD. Aku tidak marah ketika mereka berbicara seperti itu, karena bagiku itu artinya aku masih imut dan tidak menandakan bahwa aku sudah besar. Padahal kala itu aku sebentar lagi memasuki bangku Sekolah Menangah Pertama.

Kala itu di sekolah tengah istirahat, aku dan teman-temanku yang lain bergegas menuju ke kantin. Seperti biasa, kami membeli makanan lalu kami membawanya ke kelas. Saat akan menuju ke kelas, aku melihat ada seorang anak kecil yang sedang berdiri terdiam dengan tatapan kosong. Aku pun mencoba mendekati anak tersebut, aku berjalan tanpa ada rasa takut sedikit pun. 

Aku berdiri tepat disampingnya lalu aku bertanya kepada anak itu. "Hei, kamu sedang apa di bawah pohon ini?"

Anak itu hanya terdiam tanpa mengatakan sepatah kata pun, aku semakin penasaran karena anak itu tidak memakai seragam sekolah.

Aku memerhatikan keseluruhan tubuh anak itu, ia lusuh dan sepertinya belum mandi.

"Kamu kenapa ga memakai baju sekolah?"

Anak itu masih terdiam dan tidak mau menampakkan wajahnya, ia masih tertunduk. Aku semakin penasaran dengan anak itu, lalu aku mencoba untuk berjalan lebih dekat dengannya.

"Tata ... Hei, Rita ...."

Tetapi salah satu temanku memanggil. Sontak, aku pun menoleh kearahnya, terlihat dari luar kelas temanku melambaikan tangan kearah ku dan terus memanggil-manggil namaku, mengajakmu untuk masuk ke dalam kelas.

Aku hanya mengangguk lalu aku melihat kembali kearah anak itu. Tapi anak itu sudah tidak ada dibawah pohon, aku mencoba melihat disekeliling tempat itu tetapi anak itu tetap tidak ada, hingga guru ku mengagetkan ku dengan menepuk pundakku.

Lihat selengkapnya