Aku dan Mereka Satu Jiwa

Fiyaseni
Chapter #3

3. Di anggap konyol



Aku masih bingung dengan sikap Kakak serta adikku. Apakah mereka benar-benar tidak bisa melihatnya? Atau hanya berpura-pura? Entahlah. Aku berjalan menuju ke tempat tidur ku dan aku duduk dikasur tersebut.

Aku masih kagum dan tidak percaya dengan apa yang aku lihat, bangunan istana itu sangat besar dan megah, namun aku tidak bisa masuk ke dalamnya tetapi aku bisa menyentuhnya. Aku berdiri dan melangkahkan kakiku lagi kearah istana itu.

Selangkah demi langkah aku berjalan, memerhatikan setiap detail bangunan itu, dan aku sangat takjub melihat semuanya. Lalu aku berhenti tepat didepan pintu masuk istana tersebut. Karena rasa penasaranku yang cukup besar, sekali lagi aku mencoba untuk membuka pintu tersebut.

Dengan sekuat tenaga aku mencoba untuk membukanya, namun apalah daya ku yang saat itu masih kecil, aku tidak dapat membuka pintu tersebut. Pintu itu sangatlah besar dan juga tinggi, berwarna emas dan berkerlap kelip memancarkan sinarnya. 

Mungkin kalau saja dulu aku sudah memilki ponsel seperti sekarang ini, aku akan memotret istana tersebut, karena betapa indah dan megahnya istana itu sehingga membuat aku masih mengingatnya sampai sekarang.

Aku melihat di sekitaran tempat itu, tak ada orang disana, hanya ada wanita yang sedari tadi masih terus tersenyum manis. Tapi dalam jarak yang sangat jauh. Sepertinya, semakin aku berjalan mendekat, dia semakin jauh.

"Hallo ...."Aku berucap dan suara itu menggema. Lalu ku coba sekali lagi, dan Memang benar, suaraku menggema.

Karena ku pikir itu asyik, maka aku mencoba sekali lagi. Tapi, Ketika hendak bersuara aku merasakan kehadiran seseorang di belakangku.

Aku tertegun. 'Siapa ya?' batinku bertanya.

Penasaran, maka aku perlahan menoleh hingga detak jantungku makin berdegup kencang dan aku pun beberapa kali menelan ludah, karena gugup. Sampai ketika aku sudah berbalik.

Brak!

Sesuatu seperti ada yang memukuliku, hingga aku terjatuh dan tak sadarkan diri. Setelahnya aku tidak mengingat kembali apa yang aku alami. Tau-tau ketika aku membuka mata sudah pagi dan aku berada di atas kasur.

Aku duduk diatas kasur. Diam dan bingung apa yang aku alami kemarin. Tapi, aku berusaha untuk tak mempedulikannya dan memilih untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Aku sudah memakai pakaian seragam sekolahku dan berdiri tepat dihadapan cermin. Aku memerhatikan pakaianku, apakah sudah rapih. Tapi, secret tiba-tiba wanita cantik yang berada diistana tersebut berada dibelakangku, ia tersenyum kearahku.

Saat itu aku masih bingung dengan semua yang aku lihat, apakah aku mimpi atau tidak. Aku mengusap kedua mataku dan melihat lagi kearah cermin itu, dan wanita itu masih ada disitu. Aku menoleh kebelakang namun wanita itu tidak ada, aku menoleh kembali kearah cermin dan wanita itu masih ada dengan senyumannya yang manis.

Aku terdiam beberapa saat. "Maaf, kamu siapa?" Tanyaku yang masih melihatnya dari cermin.

Dia tidak menjawab apapun namun, senyumannya yang awalnya manis perlahan berubah menjadi menyeramkan, karena kedua sudut bibirnya yang kian terus melebar hingga ke ujung telinga.

Bibirku gemetar, aku ketakutan dan langsung melihat jam weker ku yang berada dimeja dan waktu telah menunjukan pukul 07.00.

Dengan cepat aku mengambil tasku, lalu menghiraukan wanita itu dan keluar dari kamarku lalu bergegas untuk makan bersama di ruang makan keluarga kami. Aku duduk disana masih dengan detak jatuh yang hebat karena apa yang aku lihat barusan.

"Tata?" Panggilan Mama membuatku menatap kearahnya. "Kamu kenapa?"

Aku tertegun lalu menggeleng. "Ga papa, Ma."

"Yaudah, sarapan ya. Buruan. Adik kamu bentar lagi selesai sarapannya," ucap Mama yang langsung aku anggukan.

Papahku dan kakak ku sudah berangkat terlebih dahulu, dan setiap hari aku berangkat bersama dengan adikku yang masih kelas 3 SD. 

Setelah selesai sarapan aku bersiap-siap berangkat dengan adikku. Dan kami pun bersaliman dengan Mama, setelah bersaliman kami pun pergi berangkat kesekolah.

Adikku membuka pintu depan dan ia keluar terlebih dahulu, aku berjalan dari jarak yang tak seberapa jauh dari adikku.

Aku melihat jelas bahwa anak-anak itu bermain di halaman rumahku lagi. Bahkan saat adikku berjalan salah satu dari mereka ada yang berpapasan dengan adikku, dan anehnya adikku tidak melihat mereka, ia terus berjalan dengan langkah yang cepat.

Aku berjalan dengan santai mengikuti adikku, mereka semua menatapku sambil tersenyum. 

Lihat selengkapnya