Aku dan Mereka Satu Jiwa

Fiyaseni
Chapter #6

6. Teman?



"Bolehkan, aku jadi temanmu, Tata?"

Deg.

Iya, anak itu ternyata bisa bicara. Sama seperti sebelumnya yang mengatakan hal sama. Tapi kali ini, dia mengatakannya sambil menyebut namaku. Bingung? Jelas, darimana dia tau namaku? Kita berkenalan saja belum.

Aku masih terdiam dengan terus memperhatikannya.

"Aku akan tinggal disini bersamamu, menjadi temanmu dan selalu ada untukmu."

Aku tidak maksud dengan apa yang anak itu katakan, ia tidak menyebutkan namanya, namun ia bilang ia akan tinggal disini bersamaku dan akan selalu menemani aku.

Aku masih bingung dan tidak mengatakan apa pun kepada anak itu. Setelah berkata seperti itu anak itu pergi, dan aku tidak tahu ia pergi kemana. Karena pada saat itu aku masih bingung sekaligus belum mengerti apa arti yang ia ucapkan.

Iya. Aku paham, dia ingin menjadi temanku dan tinggal disini dan selalu menemaniku. Tapi, justru kalimat itu buat aku bingung.

Aku tidak kenal dengannya, tinggalnya dimana. Tapi, tiba-tiba dia berbicara ingin tinggal disini?

*****

Keesokan paginya, aku terbangun dari tidurku. Aku melihat bahwa anak itu sudah berada di kamarku. Aku terkejut dan berusaha berbicara padanya.

"Hei, apa yang kamu lakukan tiba-tiba pagi seperti ini sudah ada berada di kamarku?"

Anak itu hanya tersenyum dan terkekeh, aku langsung beranjak dari kasurku dan mencoba berjalan menuju ke anak itu. Namun ia berlari dan menembus tembok kamarku. Menghilang begitu saja.

Aku terdiam beberapa saat. Saat itu aku belum mengerti bahwa anak itu bukan lah manusia. Saat anak itu menembus tembok kamarku, aku tidak takut atau merasa aneh sedikit pun. Aku terus berjalan mencari anak itu. 

"Hei ... Kamu dimana? Hei ...."

Aku berjalan kearah anak itu pergi, ia berlari dan menuju kearah luar jendela kamarku. Aku pun membuka jendela kamarku dan menyikapkan tirai tersebut.

Dengan jelas aku melihat anak itu tengah bermain bersama dengan teman-teman yang lainnya. Iya, anak-anak lainnya yang setiap hari main di halaman rumahku.

Anak itu melihat kearahku dan melambaikan tangannya kepadaku. "Tata ... Ayo main, sini sama kita."

"Iya, Tata. Sini, ayo main ...."

"Tata .... Kemarilah."

Hah? Mereka semua mengetahui namaku? Siapa sebenarnya mereka ini. Aku memperintahkan mereka dari jendela kamar, sepertinya itu menyenangkan. Melihat betapa serunya mereka bermain bersama dihalaman rumahku.

Akhirnya aku membuka pintu kamarku, dan segera berlari menuju ke halaman rumah.

“Tata kamu mau kemana?” panggil kakakku yang melihatku berlari kepintu depan.

Aku pun menoleh kearah kakaku “Aku mau main bentar Mba, sama temen-temenku” jawabku.

Kakakku berjalan mendekatiku “Kamu mau main sama sapa?” tanya kakakku.

Aku menarik tangan kakaku dan membawanya kedepan teras rumahku, “Itu Mba, aku mau main sama-” ucapaanku terhenti ketika melihat bahwa anak-anak itu tidak ada di halaman rumahku.

Kakakku mengerutkan dahinya, dan menatap kearahku “Mana Tata, temen-temen kamu yang mana? Di halaman rumah kita kosong gini gak ada siapa-siapa” ujar kakaku.

Lihat selengkapnya