Aku Dan Perbedaan

Widhi ibrahim
Chapter #2

SEBUAH PENGAKUAN

Bandung, 1998

Berbaur dengan teman sebaya, bermain lari-larian, bercanda tawa, adalah hal yang biasa dilakukan anak-anak. Tak ada beban dalam pikiran mereka. Menikmati waktu adalah hal yang paling menyenangkan di masa itu. Namun, aku rasa aku berbeda. Aku tak bisa sebebas mereka. Dalam benakku begitu banyak pikiran yang mengganggu. Berbagai ketakutan memenuhi isi kepalaku, hanya untuk sekedar berbaur dengan anak-anak seusiaku saja. Berlebihan memang, tapi begitu banyak ketakutan yang mengganggu pikiranku ketika berada di tempat ramai seperti itu. Aku takut mereka tak mau bermain dengan ku, mengucilkan ku, bahkan mengejek ku. Aku tak ingin terus diperlakukan seperti itu, aku sangat membencinya.

“Mau main sama mereka?” tanya Ibuku. Yang mungkin melihat keinginan pada diriku untuk bermain bersama anak-anak seusiaku, yang sedang asik bermain di halaman sekolah.

Aku hanya menggelengkan kepala, lalu mundur satu langkah. Dan bersembunyi di belakang tubuh Ibuku sambil memegang pakaiannya.

Dari sikapku, itu sudah cukup jelas. Jika aku bukan orang yang berani. Level percaya diriku benar-benar berada di urutan paling bawah. Aku tidak percaya diri dengan keadaan fisikku, itu alasannya aku tidak suka bertemu orang baru, bahkan sampai saat ini.

“Ya udah kalau gak mau,” kata Ibuku, sambil mengelus lenganku yang masih mendekap pinggang Ibu.

Aku merasa, cukup dengan memperhatikan mereka dari kejauhan saja sudah mampu membuatku tersenyum bahagia. Seolah-olah aku memang sedang bermain dengan mereka. Dan Ibuku sudah paham dengan sikapku, jadi dia tidak akan pernah memaksakan sesuatu hal kepadaku. Yang terpenting bagi Ibuku, aku merasa tenang dan nyaman, Ibuku akan mengikuti kemauan ku.

Saat itu usiaku memang baru 6 tahun lebih beberapa bulan. Usia yang ideal untuk anak masuk ke sekolah dasar. Dan seperti kebanyakan anak-anak seusiaku, aku sangat berantusias untuk masuk sekolah, untuk belajar dan bertemu teman-teman baru. Aku rasa itu akan sangat menyenangkan.

Seminggu sebelum hari pertama masuk ini, Ibu membawa aku mendaftar ke sekolah yang jaraknya tidak jauh dari rumah. Hanya 10 menit jika menggunakan becak, sekitar 2KM. Mungkin aku memang masih kecil, tapi aku cukup mengerti jika saat itu ada sedikit masalah mengenai penerimaan aku sebagai siswi di sekolah itu. Dan aku tahu dari percakapan yang terjadi antara Ibuku dan kepala sekolah, yang kebetulan aku dengar sendiri.

“Maaf, Bu. Bukannya saya menolak. Tapi alangkah baiknya jika anak ibu dimasukkan saja ke SLB (Sekolah Luar Biasa),” ujar kepala sekolah.

Saat itu aku melihat kesedihan menghiasi wajah cantik Ibuku, usai mendengar apa yang diucapkan kepala sekolah kepadanya.

“Saya mohon, Bu. Kasih anak saya kesempatan. Kondisi fisiknya memang tidak seperti anak-anak lain, tapi saya yakin anak saya tidak memiliki keterbatasan dalam berpikir. Tolong, Bu!” pinta Ibuku.

Penyandang disabilitas, kata yang pantas untuk orang berkebutuhan khusus sepertiku. Panas tinggi yang menyerang tubuhku saat usia 4 tahun, berhasil membuatku tidak berdaya. Sehingga aku berakhir di rumah sakit, dengan keadaan tak sadarkan diri untuk waktu yang cukup lama. Beberapa hari sudah aku dalam keadaan kritis, sampai akhirnya Tuhan memberiku kesempatan hidup, sehingga aku kembali terbangun. Meski dalam kondisi yang berbeda.

Panas hebat yang sudah menyerang tubuhku itu, berhasil merusak beberapa saraf motorik di kepalaku. Sehingga aku terjebak dalam tubuh yang bagaikan mayat hidup untuk beberapa hari. Menurut cerita kakak pertamaku, saat itu aku dalam keadaan lumpuh total. Itu terbukti dari semua bagian tubuhku yang tidak bisa digerakkan, kecuali bagian kepala, yang masih bisa melirik kanan dan kiri. Dokter sudah mem-vonis jika aku tidak akan bisa kembali normal seperti anak yang lain. Bahkan dokter bilang penyakitku ini akan sulit untuk disembuhkan. Operasi saja tidak bisa dilakukan untuk kondisi sepertiku. Namun, dokter juga bilang kondisiku bisa semakin membaik seiring berjalannya waktu, tentu dengan dibarengi metode pengobatan terapi.

Lihat selengkapnya