Selain kata-kata bully yang sering dilayangkan kepadaku, aku pun sangat membenci kalimat ‘KECUALI KAMU’, yang memang sangat sering juga dilayangkan kepadaku. Sejak sekolah dasar bahkan sampai SMP, kedua telingaku sudah sangat akrab dengan kalimat itu.
Seperti salah satu kejadian yang terjadi ketika aku masih kelas 4 SD. Saat itu kelasku sedang ada di jam pelajaran olahraga bersama guru baru. Setelah kami semua berkumpul di lapangan, guru olahraga yang merupakan seorang perempuan itu menyuruh kami untuk berbaris memanjang ke belakang. Karena materi yang akan bu guru berikan kali ini adalah teknik dasar bermain voli, salah satunya cara memukul bola yang benar.
“Oke, baris memanjang ke belakang ya anak-anak!” ujar guru olahraga ku sedikit berteriak diiringi tiupan pluit yang talinya ia gantung di leher.
Aku dan teman-teman yang lain pun segera berjalan menuju seberang net, yang sudah terpasang di tengah lapangan sebelum kami datang. Tapi baru saja dua langkah, bu guru memanggil namaku.
“Dhi,” sahut Bu Guru sambil melangkah menghampiriku.
Aku pun menghentikan langkahku, di saat teman-teman yang lain sedang sibuk membuat barisan di seberang net.
“Iya, Bu,” jawabku.
Kini Bu Guru berdiri tepat di depanku, dan aku memberikan senyuman kepadanya.
“Kamu gak usah ikut yah! Tunggu di pinggir aja!” kata Bu Guru sambil mengelus bahu ku.
Inginnya aku menanyakan alasan kenapa aku tidak boleh ikut. Tapi Bu Guru sudah terlanjur pergi untuk menghampiri teman-temanku yang sudah berbaris rapi.
Dengan rasa kecewa yang tidak bisa ku sembunyikan, aku melangkah tak bersemangat berjalan menuju pinggir lapangan. Lalu, aku duduk dan memperhatikan teman-temanku yang sedang ber-olahraga dari kejauhan.
Sebenarnya akun tidak terima diperlakukan seperi ini, apalagi oleh guru baru yang sok tahu dengan kondisiku. Aku tidak terima dikecualikan hanya karena aku berbeda dari orang lain. Padahal beri dulu aku kesempatan untuk melakukannya, jika aku memang tidak bisa, aku pun tak akan memaksa, setidaknya aku hanya ingin mencoba, itu saja.
***
“Kamu yakin mau mencoba?” Pertanyaan yang dilayangkan guru olahraga ku waktu SMP.
Saat itu aku duduk di kelas 8. Dan guruku itu sudah tahu betul kondisiku, sehingga selama ini beliau selalu melakukan pengecualian untuk olahraga yang kira-kira aku tidak bisa melakukannya. Tapi kali ini, ketika kami sedang melaksanakan ujian praktek untuk kenaikan kelas, dimana semua siswa harus berlari mengelilingi sekolah dengan batas waktu yang sudah ditentukan pak guru. Untuk perempuan harus berlari mengelilingi sekolah sebanyak 6 putaran, dan untuk laki-laki 8 putaran. Dan kali ini, aku ingin mengikutinya.
“Iya Pak,” jawabku sangat yakin. Karena aku memang yakin mampu melakukannya.
“Oke kamu boleh ikut. Tapi kalau gak kuat kamu boleh berhenti ya!” pesan Pak Guru.