Senang, bangga, tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, ketika kita berhasil lulus dari SMP dengan nilai yang cukup bagus. Kesempatan untuk masuk SMK yang diinginkan pun akan sangat terbuka lebar. Dan itu juga yang aku rasakan. Sama seperti yang lain, aku pun sangat berantusias ketika ada teman yang menanyakan kemana aku akan melanjutkan sekolah.
“Kamu mau masuk SMA atau SMK, Dhi?” tanya Ecca ketika kita baru saja keluar dari ruang guru usai mengambil kebutuhan untuk mendaftar ke SMA atau SMK.
“Aku mau masuk ke SMK, Ca,” jawabku. “Kalau kamu?” tanyaku balik.
“SMA sih kalau aku,” jawab Ecca. “Mau ngambil jurusan apa nanti?” tanya Ecca lagi.
“Akuntansi dong,” jawabku mantap.
“Wiihh gaya. Mentang-mentang suka ngitung, mainannya gituan,” canda Ecca. Dan aku tertawa kecil menanggapinya.
Entah kenapa aku sangat tertarik mengambil jurusan Akuntansi. Selain dari dulu aku memang suka sama pelajaran matematika, yang memang di Akuntansi sangat membutuhkan keahlian itu, aku juga sempat memikirkan untuk ke depannya. Karena aku merasa orang sepertiku akan sulit mencari pekerjaan, apalagi yang mengandalkan tenaga. Jadi, jika aku mempunyai keahlian itu, kelak aku tidak akan terlalu sulit mencari pekerjaan, setidaknya aku bisa mencari pekerjaan yang lebih mengutamakan kemampuan pikiran dari pada tenaga.
“Mah, doain aku ya! Semoga MOS (Masa Orientasi Siswa) besok berjalan lancar,” pintaku kepada Ibu yang sedang menemaniku duduk di teras depan rumah. Karena bagiku, doa Ibu sangat lah penting untuk memulai atau menjalankan apapun.
“Iya sayang. Gak perlu diminta, Mamah selalu doain yang terbaik buat kamu,” balas Ibu.
“Aku pengen sekolah sampe kuliah, Mah. Jadi aku bakal rajin belajar biar dapet beasiswa, terus aku bisa kuliah gratis dan gak ngerepotin Mamah sama Bapak,” kataku.
“Iya Aamiin,” Ibu tersenyum. “Ya udah, apa aja yang harus disiapin buat besok?” tanya Ibuku.
Aku kembali melihat catatan yang baru saja aku terima dari salah satu temanku. Yang isinya daftar perlengkapan untuk hari pertama MOS. Karena kebetulan ada teman satu kampung yang akan bersekolah di tempat yang sama denganku. Jadi aku bisa mendapatkan list barang-barang yang harus aku bawa tanpa datang ke sekolah.
“Biar aku siapin sendiri aja Mah,” jawabku.
“Ya udah kalo gitu. Nanti Mamah kasih uang buat beli perlengkapan-perlengkapan itu ya,” ujar Ibu.