Aku dan Syawal

Siti Sarah Madani
Chapter #2

Jadi, Kapan Nikah ?


“Aku pernah bilang, jangan pernah datang kalau hanya untuk singgah”

-Refa Anandita-

“Jadi, kapan nikah?”

Pertanyaan itu lagi! Sepertinya orang-orang tak bosan selalu memborbardir dirinya dengan pertanyaan sejenis itu berulang kali. Apalagi di moment syawal yang seharusnya menjadi ajang silaturahmi setelah berpuasa sebulan lamanya ini. Kalau saja ia tidak memikirkan nama baik papahnya, ia mungkin akan kembali merespon mereka yang julid dengan tatapan sangar atau sebuah timpukan seperti yang ia lakukan tempo hari pada bocah tongkrongan depan gang yang selalu meledeki nya dengan sebutan perawan tua. Namun, ibu-ibu rempong dihadapannya adalah kasus berbeda, mereka merupakan kerabat kedua orangtua nya. Tentulah ia tidak bisa berbuat sefrontal demikian, ia harus menunduk santun sambil tersenyum manis sebagai respon untuk setiap pertanyaan dan tanggapan yang diajukan, meski hatinya sudah amat dongkol.

“Iya loh neng Refa, anak ibu aja sekarang udah punya anak dua. Padahal SD nya barengan kamu ya dulu. Hayu atuh, jangan ditunda-tunda neng, perempuan mah kalo udah tua dikit bahaya neng, bisi teu laku,” tutur ibu lainnya yang duduk dihadapannya.

Refa hanya tersenyum canggung dan menggangguk singkat.

“Atau mau ibu bantu cariin?”

“Sama anaknya pak Ujang aja coba tuh ya.” Satu ibu lainnya menanggapi.

Ibu berbaju merah menoleh, merasa tidak terima, “Atuh jangan ari kamu teh, anak pak Ujang mah kan lulusannya geh SMK doang, gak cocok atuh sama neng Refa yang lulusan S2.”

“Daripada Refa gak nikah-nikah kan?”

Refa menggaruk tengkuk nya yang sebenarnya tidak gatal. Ia hanya terdiam memperhatikan empat ibu-ibu yang duduk di ruang tamu rumahnya yang kini malah asyik bercengkrama mengguncingkan dirinya, padahal ia adalah si Tuan Rumah. Tamu macam apa yang ngomongin tuan rumah di depan mata kepalanya sendiri? keluh Refa dalam hati.

Lihat selengkapnya