“Jangan pernah berhubungan dengan seseorang yang belum selesai dengan masa lalunya.”
Sudah.
Fahma tersenyum dan segera memencet call pada layar, ia menelfon seseorang yang membalas chatnya tersebut.
“Assalamu’alaikum kak, kakak udah nganterin tas nya kerumah sakit ?”
Diujung sana, seseorang itu tidak langsung merespon. Ia diam beberapa detik, hingga suara laki-laki-laki itu bergema. Terdengar lebih berat, tidak seperti biasa.
“kakak nggak anter kerumah sakit, Fah”
Fahma menyernyit tidak mengerti, “loh, kenapa kak? Tadi kan aku bi—“
“Udah kaka pesenin ojek online. Kaka ga bisa anter langsung ke rumah sakit nya. Udah ya, kaka udah kunci pintu dan balikin ke tempat semula, lain kali ga perlu nyuruh kakak yang aneh-aneh kayak gini, Fah. Assalamu’alaikum..” sambungan telfon itu terputus.
Fahma terpaku, tidak biasanya kakaknya seperti itu. Bahkan beberapa jam yang lalu, suara Fa’i masih terdengar biasa, merespon celotehannya dengan gaya nya yang khas. Mengapa kali ini sedikit berbeda. Kakaknya seperti sedang marah, atau sedih, yang pasti Fahma yakin, ada sesuatu yang tidak beres terjadi.
Mungkinkah ia menemukan sesuatu yang aneh di rumah Refa? Sejauh ingatannya, tidak ada yang aneh dari rumah itu. Rumah Refa tetap menjadi tempat favoritnya setelah rumahnya sendiri. Atau ada orang yang memergoki kakaknya ketika memasuki rumah Refa dan menuduhnya maling? Apa memang sedari awal kak Fa’i tidak benar-benar tulus? Fahma menerka, dan tidak menemukan jawaban apapun setelahnya.
Ia berjanji akan menanyakan hal ini pada kakaknya selepasnya bekerja.