“KAMU GILA YA! Mereka ga salah apa-apa!” pekik seorang laki-laki bertubuh tegap yang masuk cepat dengan tergopoh juga emosi yang membara. Matanya berkilat amarah, dengan deru nafas yang memburu. Ia habis berlari cepat dari rumah sakit menuju ke rumah ini.
Dua orang yang terduduk di atas ranjang spontan saling memeluk, ketakutan jelas terlihat pada manik matanya, seolah laki-laki dihadapan mereka itu siap menerkam keduanya hidup-hidup.
“Maksud kamu apa Mulan? Bertindak hal bodoh kayak gitu? Pak Darma punya riwayat jantung dan sekarang dia di rumah sakit gara-gara kamu!” pekik kencang seorang laki-laki itu dengan semburat wajah merah menahan amarah. Kalau saja perempuan itu tidak memeluk erat seorang anak kecil, mungkin laki-laki itu sudah menorehkan tangan kasarnya ke atas pipi mulus perempuan yang selama ini hidup bersamanya.
Entah keberanian darimana, manik hitam mata Mulan yang tadinya sendu menahan tangis, membulat penuh. Ada kekuatan dalam dirinya yang mencoba untuk keluar dari kerapuhannya selama ini. Tidak tahan terus menerus tersiksa batin karena laki-laki itu.
“Kamu yang gila mas! Kamu kenapa bohong sama aku? Kamu janji gak akan nemuin perempuan itu lagi, tapi kenapa kamu kembali nemuin dia!” teriak Mulan, urat wajahnya terlihat menonjol. Ada setetes airmatanya yang jatuh di pipi. Ia mati-matian menahan sesak didadanya karena menahan tangis dan amarah dalam waktu yang bersamaan.
Anak laki-laki yang berada dalam pelukan Mulan mulai menangis, menghadapi ketegangan yang terjadi antara kedua orangtuanya membuat ia merasakannya.
“Sayang, anak bunda... Ga boleh nangis ya, ga boleh jadi anak cengeng. Kita harus kuat. Kamu ga boleh jadi laki-laki yang nyakitin hati perempuan ya nak,” lirih Mulan. Menepuk punggung buah hatinya dengan kasih sayang yang tulus.
“Mulan!”
“Apa?”
“Ini bukan kesalahan mereka. Aku juga gak ngapa-ngapain sama Refa. Salah, kalo aku mastiin dia udah baik-baik aja atau belum? Dia hampir gila karena kita Mulan!”
‘BRUKK!’ Bagas meninju pintu kamar hingga pintu yang memang terbuat dari kayu yang tidak terlalu tebal itu bolong dibuatnya. Adriyan—anak mereka kembali menangis histeris. Ikut kaget atas suara menggelegar didekatnya.
“Aku juga hampir gila karena kamu mas! Kamu sadar gak si udah buat aku jadi cewek rapuh yang sok kuat selama ini. Semua yang kamu mau aku lakuin, apa yang kamu minta aku turutin. Aku cuma minta kamu untuk gak berhubungan dengan perempuan itu lagi. Apa susahnya si, apa kurang nya aku mas Bagas?” Mulan frustasi, ia mulai berdiri mendekati suaminya, mulai memukuli dada bidang laki-laki jahannam yang anehnya tetap ia cintai itu.
“Kamu jahat! Jahat banget sama aku sama Adriyan! Padahal aku ga pernah minta hal lebih sama kamu! Kamu Ja..hat ..!” lirih Mulan sambil memukuli dada bidang Bagus bertubi.