Aku dan Syawal

Siti Sarah Madani
Chapter #29

Bagas, Mulan dan Adriyan

Kata orang, sesuatu yang berharga akan benar - benar terlihat berharga ketika sesuatu tersebut sudah tidak ada lagi disisi kita. Akan terasa sangat berbeda. Semacam perasaan hampa atau seperti seseorang yang kehilangan banyak energi. Dunia jadi ikut menggelap. Gairah untuk melakukan sesuatu akhirnya ikut pupus seiring dengan menghilangnya sesuatu tersebut.

Kiranya, ia akan senang. Euforia dengan tidak adanya orang-orang yang selalu menjadi batu sandungan untuk hidupnya. Akan merasa damai, tentram, dan ia fikir juga akan bisa merancang kembali hal-hal indah yang sebelumnya hanya ada dalam bayang. Fikir Bagas, dunia akan sangat indah jika tidak ada Mulan dalam hidupnya. Seorang perempuan yang hadir dalam ketidaksengajaan malam risaunya saat itu, nyatanya seolah sengaja untuk merusak hubungan kasihnya dengan sosok yang ia sayangi. Bahkan tepat saat beberapa jam lagi ia akan melangsungkan akad khidmat.

Keparat! Harusnya ia senang bukan main, saat perempuan perusak itu pergi meninggalkannya. Harusnya ia bisa kembali memperjuangkan cintanya pada Refa.  Nyatanya, sepekan terakhir ia jadi seperti orang linglung. Hatinya hampa, hidupnya kosong. Tidak ada lagi suara riuh canda, tangis anak kecil. Tidak ada suara nyanyian yang dilantunkan Mulan saat Adriyan hendak bobo. Sepekan terakhir, Bagas mulai merasakan kehilangan.

“Mulan, kamu ga masak?” tanya Bagas sepulangnya ia dari luar. Saat membuka tutup saji diatas meja tidak ada makanan apapun yang tersaji. Biasanya, selalu ada makanan diatas sana. Bagas menoleh, kembali memekik, “Mulan!”

Tidak ada sahutan yang terdengar, hanya ada suara tangis Adriyan yang terdengar. Bagas melesat masuk menuju kamar. Perempuan yang merupakan istrinya itu pasti berada disana. Benar, Mulan disana, tampak menggendong Adriyan sambil sibuk memasukkan baju kedalam koper.

“Kamu denger saya manggil kamu? Kenapa gak ada makanan di meja?” tanya Bagas. Laki-laki itu berdiri didepan pintu. Memandang istri dan anaknya dengan raut kesal. Hatinya memang sedang kacau dengan kelakukan istrinya yang bertindak bodoh melemparkan batu ancaman ke rumah Refa hingga menyebabkan Pak Darma harus dilarikan ke rumah sakit. Terlebih, penolakan Refa dirumah sakit tadi kepadanya membuat kadar kekesalan Bagas pada Mulan bertambah.

“MULAN!!” pekik Bagas kencang. Urat wajahnya sudah menonjol saking kerasnya pekikan nya itu.

Mulan yang tadi nampak acuh memang sempat tersentak kaget, tapi dengan sikapnya yang tenang ia menoleh, “Makanan? Yang kepala keluarga itu aku atau kamu mas? Selama ini kamu gak pernah ngasih nafkah ke aku sama Adriyan, kamu ga malu setiap hari kayak gini?”

Lihat selengkapnya