Aku dan Syawal

Siti Sarah Madani
Chapter #43

Fahma Pulang

“Jadi Fahma beneran gak mau tinggal dirumah ini lagi?” tanya Fa’i dengan nada bercanda. Laki-laki itu duduk di sofa bersama dengan ayah. Sementara Fahma, adiknya itu sedang riweh menyeret koper besar ditangannya yang berisikan barang-barang miliknya.

Fahma tertawa, ia menoleh pada laki-laki lain disampingnya yang ikut membawa satu koper dan sebuah tas ditangan yang satu.

“Maunya disini terus sih, cuman nanti kasian kak sama mas-mas ini kalo sendirian dirumahnya. Fahma kan orangnya gak tegaan kak,” ucap Fahma, ia mengerjapkan mata genit kearah laki-laki itu.

Ayah, Fa’i dan ibu kompak tertawa. Adiknya yang satu itu ternyata belum juga berubah setelah menikah, tetap saja ada kelakukan lucu yang ia lakukan. Mereka pasti akan merindukan Fahma setelah ini.

Mas-mas yang dimaksud oleh Fahma kemudian mengangkat tangannya ke pundak Fahma dan merapatkan tubuh gadis itu kedekatnya. Merangkul Fahma tepat dihadapan keluarga Fahma yang sedang berkumpul. Sontak saja wajah Fahma memerah.

“Mas-mas ini emang gak bisa jauh dari Fahma kok, gapapa ya ikut mas-mas ini kerumah, kita bangun istana untuk anak-anak kita,” balas Adit dengan nada candaan.

Mereka semua lagi-lagi kompak tertawa, “Yaampun, baru ngeuh ternyata Adit juga sama kocaknya ya, lama gak main kerumah ibu jadinya lupa.” Ibu yang juga membawa satu tas jinjingan ikut berkomentar. Ia lupa bahwasanya Adit meski terlihat cool dan cuek ternyata didepan sebagian orang memang sejak dulu suka ngebanyol. Persis Fahma.

“Sekalinya main lagi, eh buat jadi mantu,” jawab Ayah. Merespon ucapan ibu. Mereka semua kembali tertawa.

Memasuki hari ketiga setelah resmi berstatus sebagai suami dan istri, Fahma pamit untuk ikut dengan Adit kerumah barunya. Sejak setahun lalu, Adit memang sudah membeli rumah, yang dipersiapkan untuk keluarga kecilnya kelak. Pekerjaannya sebagai pebisnis muda, membuatnya sudah mandiri sejak belia. Selain pemikirannya yang dewasa, budi pekerti dan agama laki-laki itu juga tidak bisa dianggap remeh. Adit menjadi representatif pebisnis muda muslim yang ta’at. Semua bisnisnya terhindar dari yang namanya riba serta juga dari akad-akad bathil.

Setiap menemukan persoalan baru, Adit akan bertanya pada banyak guru untuk mendapatkan jawaban boleh atau tidaknya jika hal itu dilakukan. Ia adalah tipikal laki-laki yang berhati-hati, tak ingin jika harta yang ia miliki akan mengalirkan hal-hal haram pada tubuh nya dan juga keluarganya.

Selain itu, track record Adit selama berteman dengan Fa’i bukanlah tipikal laki-laki yang nakal, ia baik dan terkesan lempeng-lempeng saja. Atas dasar itulah baik Fa’i, ayah dan ibu akhirnya benar-benar merkomendasikannya pada Fahma, anak perempuan bungsu dikeluarga.

“Ya, emang fitrahnya seorang isri mengikuti suami kemana saja pergi kan kak? Nanti juga Refa bakalan ikut juga kemanapun kaka pergi,” ucap Fahma, saat ia berhasil terlepas dari rangkulan suaminya. Bukan apa-apa, ia hanya malu jika terlihat mesra dihadapan ayah dan ibunya.

Lihat selengkapnya