“Yang jangan ke tengah, yang.”
“Aman yang, aku sama Refa kok.”
“Ngeri yang,” pekik laki-laki berkaca mata tak jauh dari keduanya.
Laki-laki itu berlari mengejar dua perempuan yang terduduk di pasir pantai dengan ombak yang menjalar kaki-kaki mereka. Laki-laki tu cepat memegang pundak seorang perempuan berhijab biru dan membawanya kedalam rangkulan.
“Jangan yang, ngeri,” ucap laki-laki itu yang terus mengeratkan rangkulan, tak memperdulikan perempuan yang berusaha berontak melepas, megap-megap dibuatnya.
“Aduh, kak Adit, aku ga bisa nafas tau.” Perempuan itu Fahma. Ia memukul pelan punggung badan laki-laki yang merupakan suami nya itu.
“Gapapa yang, kan aku sebagian nafas mu,” respon Adit, dengan posisi keduanya yang saling memeluk.
“Lebay.. lebay...” Seorang laki-laki lain menyahut, ia juga menyipratkan ombak air laut ke arah dua sejoli yang tengah berpelukan erat di depan mereka.
“Perasaan yang baru nikah itu saya deh, yang mesra-mesraan malah kamu Dit,” lanjut laki-laki itu, yang dibalas tawa oleh ketiga nya.
Adit, Fahma, Fa’i dan juga Reefa tengah liburan bersama. Sepekan setelah pernikahan Fa’i dan Refa berlangsung, mereka sepakat untuk pergi ke pantai bersama. Fa’i terlihat gemas, ia terus menyiprati adik dan sahabatnya itu dengan air laut yang asin. Hingga mau tidak mau, mereka melepas pelukan itu.