AKU DI ANTARA KANIBAL (series Sania 2)

JUMAINAH
Chapter #1

Dewa Penyelamat

SEORANG gadis terikat dan dibiarkan tergeletak di lapangan luas. Ia tidak sadarkan diri. Sementara di hadapannya ada banyak sekali kerumunan orang yang sepertinya sedang mengadakan pesta besar-besaran. Sinar matahari baru saja terbit dan mulai menyengat panasnya. Gadis itu bergerak rupanya ia terbangun saat merasakan bias matahari menerpa wajahnya, sangat menyilaukan mata.

Di mana ini? Kenapa tubuhku tergeletak dan tidak mampu bergerak? Gadis itu mengeluh. Gadis yang kini terikat tidak lain adalah Sania. Seorang yang terkenal kuat.

"Jangan! Tolong ... ja-jangan ... biarkan aku hidup." Suara ratapan seorang laki-laki. Matanya yang tidak jelas itu, hanya melihat bayangan saja. Di mana ia tak tahu pasti seorang laki-laki diseret dan lambat laun matanya mulai terang dan bisa melihat dengan jelas sekarang. "Ampun! Semua harta akan kuberi, tapi tolong jangan makan aku!" Suara itu menghiba.

Sania dapat melihat dengan jelas serta mendengar jerit kesakitannya. Astaga!! Sania tidak mampu berkata-kata. Mereka memakan laki-laki tadi hidup-hidup. Mereka mencabik lengan, perut, mencongkel mata, menggigit bagian yang mereka inginkan. Ini pesta darah rupanya. Tulang dan darah berserakan rupanya sebelum laki-laki tadi, telah ada pembantaian besar-besaran. Bau amis di mana-mana memuakkan perut rasanya mau muntah.

Degg! Sania baru sadar saat itu dia juga adalah sandera dan juga hidangan lezat. Sania meronta berusaha bebas dari ikatan sekuat tenaga. Sania tak dapat membayangkan kalau mati dengan cara ini. Tidak dia tidak pernah takut dengan apa pun kecuali ini. Apa pun yang terjadi ia tak mau mati. Tidak pernah terbayangkan akan berakhir di perut Kanibal kejam itu. Ka-kanibal. Oh sial kenapa ada yang seperti itu di kehidupan modern seperti ini?! Sania tidak habis pikir bagaimana bisa ia terperangkap di ladang pembantaian seperti itu. Kalau saja kepalanya tidak sakit serta tangannya tidak terikat. Sudah pasti ia akan menyerang mereka secara membabi buta, tapi bukan Sania namanya yang main asal hajar tanpa perhitungan. Sebagai pengacara muda berusia dua puluh empat tahun yang cukup diperhitungkan dalam dunia kriminal dan dalam keadaan tidak berdaya begini hanya satu pikirannya. Melawan dan hidup atau mati sendiri jadi tidak perlu merasa sakit kalau mereka tiba-tiba memakan tanpa permisi. Bulir keringat sudah membasahi tubuhnya. Aku tidak dapat melawaan dalam keadaan seperti ini pikirkan cara. Pikirkan cara Saniaa! Sania mendikte dirinya sendiri untuk berpikir cepat.

Saat sulit dan putus asa, seorang lelaki datang. Tepat berdiri di hadapannya, lalu berjongkok dan memintanya supaya tidak menimbulkan gerakan mencurigakan bagi kawanan Kanibal di depan sana. Walau kepala masih terasa pusing dan mata terasa silau akibat bias sinar matahari pagi yang langsung mengenai mata, tapi Sania dapat melihat bahwa lelaki itu cukup tampan. Mempunyai rambut panjang sebahu dan berkulit bersih serta bibir dan hidung yang kontras dengan wajahnya. Ditafsir usianya mungkin baru sekitar dua puluh satu tahun. Menurut Sania lelaki itu memang lebih terlihat muda dari usianya.

Lihat selengkapnya