Aku, Dia & Kami

Oleh: Joannes Rhino

Blurb

Setelah menerima surat kaleng dua minggu sebelumnya, hantu-hantu dari masa lalu mulai kembali ke kehidupan Arief. Setiap malam selama dua minggu terakhir Arief terus mendapatkan pengulangan mimpi buruk tentang Emilia, dan dia merasa gadis itu seakan tengah berupaya mengatakan sesuatu padanya. Mimpi-mimpi buruk ini lahir dari jiwanya yang paling dalam, mendekatinya secara perlahan untuk memberikan jalan keluar bagi iblis-iblis dalam dirinya yang tak pernah dia sadari sebelumnya. Kendati demikian, jiwa Arief masih membisikkan suatu harapan bahwa jawaban dari semua mimpi tersebut menjanjikan kesempatan penyembuhan total bagi alam tidurnya.

Dr. Ronny terus meyakinkan James bahwa mimpi-mimpi tersebut adalah kombinasi antara memori dan emosi yang tak terbendung akan masa lalu yang kelam. Sang dokter meyakini bahwa setiap gambaran tentang Emilia yang ada dalam mimpi tersebut mewakili emosi yang tak pernah terungkapkan oleh Arief sebelumnya. Gilang, sahabat Arief, juga beranggapan bahwa Arief tengah mengalami suatu sindrom kelelahan akan kematian Emilia beberapa tahun lalu akibat gagal otak. Namun di lain pihak, Donita yakin bahwa gadis itu tengah berusaha menceritakan suatu kisah pada Arief. Lantas, suatu hari Donita mengajak Arief mengunjungi makam Emilia yang kemudian berbuntut ke sebuah kunjungan singkat ke kediaman orang tua Emilia. Dimulai dari kunjungan itulah kulit kebenaran mulai terkelupas.

Diawali kesaksian Ibunda Emilia yang mengatakan bahwa anak gadisnya tewas terbunuh di kamar hotel, Arief mulai melakukan investigasi. Ia pergi ke LP Cipinang untuk bertatap muka langsung dengan sang pembunuh yang dikatakan Ibunda Emilia. Kepelikan pun tak dapat terhindari ketika Arief mendapatkan fakta-fakta yang berupa dokumen laporan pembunuhan dari kepolisian setempat berikut kesaksian para saksi mata. Tak dapat terpungkiri olehnya bahwa Emilia memang tewas terbunuh secara kejam. Kini, semua memori yang James miliki tentang Emilia hancur berantakan sesaat menyadari bagaimana pikirannya mengelabuhinya selama ini. Keyakinan Arief dalam mengejar penyucian diri telah menjadi iblis dalam dirinya yang harus ia basmi. Akhirnya, Arief harus menerima kenyataan bahwa dirinya bukanlah sosok yang ia kira sebelumnya.

Lihat selengkapnya