Aku, Dia, dan Masa Lalu

Nur Aini Rasyid
Chapter #2

Bab 1

Aku baru saja menyelesaikan makan malamku. Hanya menu sederhana yang kumasak sendiri malam ini. Mama sedang pergi ke rumah Bu Risa, tetangga samping rumahku. Tak tahu mau ngapain. Setelah membereskan peralatan makan yang kugunakan, aku bergegas menuju kamarku. Malam ini aku harus menyelesaikan formulir pendaftaran ekstrakulikuler yang akan ku ikuti.

Sesampainya di kamar, aku mematikan lampu kamarku. Ini adalah kebiasaanku, saat akan belajar atau melakukan sesuatu yang serius. Tanda aku tak mau diganggu. Aku sudah terbiasa dengan kegelapan kamar ini, tanpa meraba sekitarku pun aku sudah tahu dimana letak kursi yang berada dihadapan meja belajarku.

Setelah pendaratan yang mulus di kursi, aku menyalakan lampu belajar yang ada di atas meja belajarku. Cahaya temaram pun muncul, menyinari beberapa bagian meja. Aku menarik salah satu buku dari deretan buku yang ada dihadapanku. Buku itu berisi daftar ekstrakurikuler yang berhasil aku kumpulkan saat masa orientasi siswa. Aku tak mencatat semuanya, hanya beberapa yang kuminati saja.

Tangan yang semula menggengam buku pun mulai aku pindahkan untuk menopang daguku. Aku bingung ekstrakulikuler mana yang harus aku ikuti. Setidaknya dalam daftar tersebut aku telah mencatat lima ekskul. Sebenarnya di masa SMA ini aku ingin mulai berubah, Aku ingin lebih membuka diri dan percaya diri. Aku ingin mengikuti kelima kegiatan tersebut, tetapi karena kejadian MOS dan hari Senin lalu rasa percaya diriku malah semakin menurun.

Ingin rasanya tak mengikuti kegiatan apapun semenjak kejadian itu, tetapi sekolah mewajibkan siswanya untuk mengikuti minimal satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Aku melihat kembali daftar yang ada pada bukuku. Mulai berpikir sejenak, namun tak lama kemudian aku memutuskan untuk mengeluarkan pulpen dari kotak pensil. Lalu aku menggoreskan tinta yang ada pada pulpen tersebut untuk mencoret kata 'English Club' dan Klub Debat.

Kalau aku berada disana, aku pasti akan habis diolok-olok mereka tentang kejadian MOS. Seperti yang dikatakan oleh siswa yang terlambat bersamaku, aku peraih NEM SMP tertinggi disekolah namun tak bisa menjawab soal anak SD. Otak ku mendadak error saat itu. Bodohnya aku!

"Ah, aku sangat ingin mengikuti klub ini," gumamku sembari dengan setengah hati menggoreskan tinta pada kata 'Karya Ilmiah Remaja'. Alasan yang sama seperti aku mencoret kedua kegiatan sebelumnya.

Kali ini hanya tersisa ekstrakurikuler 'Remaja Pecinta Kemping' dan 'Paskibra'. Namun tanpa ragu aku segera mencoret Paskibra dari daftar. Tak sama seperti sebelumnya, kali ini alasanku tak memilih Paskibra karena kebanyakan anggota kegiatan ini adalah siswa yang juga mengikuti OSIS. Bahkan kakak kelas yang membuatku malu saat MOS juga ada di ekstrakulikuler tersebut.

"Ok, gak ada masalah sama ekskul yang terakhir."

Setelah membuat keputusan, aku segera menyelesaikan formulir pendaftaran. Besok formulir ini harus ku kumpulkan saat istirahat di sekretariat 'Remaja Pecinta Kemping'.

***

Besoknya, seusai lonceng tanda istirahat dibunyikan. Aku bergegas menuju sekretariat sendirian. Fara, teman sebangkuku tak bisa menemaniku. Ia harus ke ruang guru katanya. Berbicara soal Fara, aku ingin mengatakan kepada kalian bahwa dia adalah anak yang baik. Saat aku meminta untuk duduk sebangku dengannya, dia mengangguk dengan senang hati. Berbeda dengan siswa lainnya ia tak melihatku dengan pandangan mengejek. Ia juga memanggilku dengan nama panggilanku. Tak seperti yang lain, memanggilku dengan sebutan 'NEM'.

Aku pikir Fara tak masuk saat masa orientasi, namun ternyata tidak. Ia masuk dan melihatku juga. Saat aku menanyakan mengapa ia tak memandangku seperti siswa lainnya memandangku ia hanya menjawab dengan senyuman. Aku ingat betul senyumnya yang penuh arti saat itu, lalu ia berkata bahwa setiap manusia pasti melakukan kesalahan dan tak ada yang bisa mengatur kapan kesalahan itu akan terjadi. Aku benar-benar bersyukur bisa menemuinya!

Oke, kita kembali ke cerita. Setibanya di sekretariat, dapat ku lihat seorang siswa laki-laki yang menggunakan bet angka romawi sebelas sedang berdiri diambang pintu. Tanpa ragu aku pun menghampirinya.

"Kak, ini formulir saya," ucapku seraya memberikan selembar kertas kepada seorang kakak kelas yang berdiri di ambang pintu sekretariat.

Ia tak langsung mengambil formulirku. Dia memandangku dengan tatapan familiar. Saat itu aku berpikir pasti dia mengenaliku dan mengetahui kejadian di MOS.

"Loh, kamu kan...."

"Kak, saya mau daftar kegiatan," ucapku dengan nada tegas. Bukan bermaksud tak sopan, tetapi aku hanya tidak ingin ia melanjutkan perkataannya.

"Ooh, oke."

Ia pun mengambil kertas formulir dari tanganku. Lantas melihat isinya sejenak. Tak berapa lama kemudian timbul gerakan dari kepalanya. Ia tampak mengangguk-angguk.

"Gue Rafa Widayadharma, lo bisa panggil gue Rafa. Jadi, nama lo Allaney Fortunata. Panggilannya?" tanya kakak kelas tersebut yang ternyata bernama Rafa.

"Ey."

Lihat selengkapnya