Aku, Dia, dan Masa Lalu

Nur Aini Rasyid
Chapter #3

Bab 2

"Ma, Papa kapan pulang?"

Hari itu waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Papa mengabarkan kalau ia akan pulang ke rumah hari itu. Sehingga aku dan Mama pun menunggu Papa di ruang makan. Namun sampai detik itu pun belum ada tanda-tanda Papa akan datang.

"Mungkin Papa pulangnya agak malam Nata. Kamu tidur duluan saja."

Aku menggeleng pelan. Aku tak ingin tidur. Aku ingin menunggu Papa, menagih janji tentang barang yang kuinginkan pada beliau. Tetapi tubuhku tak bisa sejalan dengan hatiku. Mataku sudah mulai terasa berat. Sesekali aku pun menguap.

"Katanya besok ada ulangan. Kalau kamu telat, nilai kamu bisa jelek loh."

"Nata bisa ngerjain ulangan sambil tidur juga," ucapku sambil menepuk-nepuk kedua pipiku agar tak tertidur.

"Kalau Papa pulang, Mama langsung bangunin Nata deh."

Aku memikirkan tawaran Mama sejenak. Setelah kupikir-pikir mungkin itu ada solusi terbaik. Setelah memastikan janji Mama untuk membangunkanku, aku pun menerima tawaran Mama. Kulangkahkan kakiku dengan gontainya menuju kamar.

Saat itu aku tak tahu, setelah aku pergi Mama mulai meneteskan air matanya. Aku belum tahu penyebabnya hingga beberapa bulan ke depan.

***

Seperti yang kubilang kemarin, aku bisa menyelesaikan soal dalam waktu 45 menit. Masih ada waktu 45 menit lagi sebelum kertas ulangan kukumpulkan.

"Far, kalau mau ngumpulin bangunin gue ya!" ucapku sambil meletakkan kepalaku di atas meja, tak lama pun aku tertidur.

Tepat saat bel tanda istirahat berbunyi Fara membangunkanku. Rupanya ia telah mengumpulkan ulanganku. Katanya ia tak tega membangunkanku yang tertidur pulas saat itu. Untungnya Bu Herty, guru yang mengajarkan mata pelajaran matematika adalah orang yang baik dan santai. Ia membiarkanku tidur karena aku telah menyelesaikan ulanganku. Sudah ku bilang, Fara itu orang yang baik.

"Lo kerja apaan semalam sampai tidur pulas kayak gitu," ucap Fara sambil membereskan alat tulisnya.

"Nunggu Papa gue pulang."

"Emang Papa lo kemana?"

"Dinas di luar kota."

Fara mengangguk-anggukan kepalanya. Tanda ia mengerti. "Lo mau ke kantin gak?" tawar Fara selesai ia membereskan alat tulisnya.

Aku mengangguk, menyetujui tawaran Fara. Aku dan Fara pun bergegas menuju kantin, waktu istirahat tak begitu lama. Perjalanan ke kantin melewati sekretariat Rempakem. Melihat pintu sekretariat yang terbuka, aku pun memutuskan untuk melihatnya sebentar. Ku lihat Kak Rafa sedang berkutik dengan buku catatannya.

"Lagi ngapain kak?" tanyaku dari ambang pintu.

"Eh, Al. Sini masuk."

"Tapi saya bawa teman, kak. Gapapa?"

Aku bertanya khawatir. Karena biasanya calon anggota tidak boleh membawa teman ke sekretariat. Namun saat itu Kak Rafa mengangguk dengan senyuman memperbolehkan. Mungkin karena tidak ada anggota lainnya ia memperbolehkanku membawa Fara masuk. Aku dan Fara pun memasuki sekretariat.

"Temen lo ekskul apa?"

"PMR kak," jawab Fara.

"Eh kebetulan banget. Rencananya Rempakem mau ajak PMR untuk latihan gabungan dua minggu lagi. Bisa sampaikan ke ketua lo gak? Soalnya gue dari kemaren gak ketemu sama Ridwan."

Lihat selengkapnya