Aku, Dia, dan Masa Lalu

Nur Aini Rasyid
Chapter #4

Bab 3

Keesokan harinya, aku tak bertemu dengan Papa. Papa masih tertidur pulas pagi itu. Mungkin karena capai selama perjalanan pulang kemarin. Aku dan Bang Rio pun bersikap seperti biasa. Seolah kejadian malam itu tak terlalu berarti.

"Nata, mau diantar gak sekolah? Sekalian abang mau keluar juga."

Saat itu Bang Rio berteriak kepadaku dari teras rumah ketika aku sedang mengeluarkan sepeda. Mendengar teriakannya pun, aku menghentikan aktivitasku sejenak. Menjawab teriakannya dari garasi.

"Nggak. Nata malas naik angkutan umum nanti baliknya."

"Kan bisa telpon ke rumah."

"Emang, Bang Rio selalu stand by di rumah?"

Mendengar pertanyaanku barusan, Bang Rio tidak menjawabnya. Alih-alih menjawab, aku malah mendengar tawanya. Mungkin ia membenarkan maksud pertanyaanku waktu itu. Aku kembali melanjutkan aktivitasku mengeluarkan sepeda, setelah itu segera kukayuh sepedaku menuju sekolah.

Saat itu, masih jam enam pagi. Sehingga aku tak perlu terburu-buru mengayuh sepedaku dan dapat menikmati suasana pagi ini. Memang berangkat sekolah sepagi ini sangat menyegarkan. Kamu dapat menghirup udara pagi yang segar, merasakan hawa dinginnya, dan juga tak ada suara bising angkutan umum atau sepeda motor yang melintasi jalan.

Tepat pukul setengah tujuh aku tiba di sekolah. Ternyata sekolah sudah cukup ramai saat itu, banyak kakak kelas yang mondar-mandir disekitar lapangan. Mereka tampak sibuk menyiapkan acara.

"Lo sudah datang?"

Kak Daniel yang sedang melintas dihadapanku berhenti sejenak ketika menyadari keberadaanku. Ia tampak membawa dua buah kursi di kedua tangannya. Aku mengangguk kecil sebagai jawaban atas pertanyaannya.

"Acaranya jam setengah delapan pagi," lanjutnya lagi.

"Iya tahu."

"Terus kenapa datang jam segini?"

"Emang gak boleh?" tanyaku kembali dengan nada tak suka.

Bukannya menjawab pertanyaanku, ia malah memperhatikanku dengan tatapan yang tak bisa aku jelaskan. Setelah itu, ia pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaanku.

'Dasar aneh,' batinku saat itu.

Aku kembali melihat kesibukan di sekitar lapangan. Bingung akan apa yang harus kulakukan. Teman-temanku belum ada yang datang. Namun tak lama kemudian Kak Rey, Ketua Rempakem saat itu menghampiriku. Ia bertanya hal yang sama dengan Kak Daniel. Dan aku menjawab dengan hal yang sama pula, sebuah anggukan kecil.

"Teman-teman lo mana?"

"Gak tahu kak. Aku gak bareng mereka."

"Oh, begitu. Ya sudah lo duduk depan ruang guru aja dulu ya. Lapangannya belum selesai dipersiapkan."

"Iya, kak."

Setelah itu Kak Rey pergi lagi, kembali sibuk dengan aktivitasnya. Aku juga memutuskan untuk mengikuti perintah Kak Rey, menunggu di depan ruang guru. Yang kulakukan saat itu hanyalah memperhatikan kesibukan di lapangan, hingga akhrnya satu per satu temanku datang. Fara hari itu tak bisa hadir di acara latihan gabungan ini. Katanya Kakeknya sedang sakit, sehingga ia harus pergi ke kampung halamannya untuk sementara.

Pukul setengah delapan kurang, lapangan mulai tampak sepi. Hanya ada beberapa kakak kelas yang stand by di sana. Dan beberapa di antaranya juga ada yang masih sibuk menyetel sound system. Terlihat dua orang kakak kelas menghampiri kami. Mengarahkan kami untuk segera menuju lapangan, karena acara akan segera dimulai.

"Kalau bisa buku dan alat tulis sudah dikeluarkan dari sekarang ya."

Salah satu kakak kelas berkata pada kami saat itu yang langsung membuatku tersentak kaget. Aku baru ingat bahwa kemarin aku tak jadi untuk membeli pulpen di warung. Sehingga hari ini pun aku hanya membawa sebuah buku dan tempat pensilku yang berisikan sebuah pulpen tanpa tinta.

Aku pun segera bergegas keluar sekolah untuk membeli pulpen di dekat warung. Tentunya setelah izin kepada kakak kelas. Di depan gerbang sekolah aku bertemu dengan Kak Rafa dan Kak Daniel yang sedang membawa sekardus air mineral di masing-masing kedua tangan mereka. Saat itu, gerbang sekolah masih ramai dengan siswa yang hilir mudik hendak keluar dan masuk gerbang. Sehingga aku tak menyadari keberadaan Kak Rafa dan Kak Daniel karena terlalu terburu-buru untuk sampai di warung. Namun, nampaknya Kak Rafa dan Kak Daniel melihatku yang tengah terburu-buru itu dan mereka pun menegurku.

"Loh, Al. Mau kemana? Acaranya sudah mau dimulai loh,"kata Kak Rafa.

"Mau ke warung depan kak. Beli pulpen."

Lihat selengkapnya