Begitu mendapat kabar di mana rumah sakit Redo berada, Agni langsung bergegas menuju rumah sakit itu. Tanpa bertanya apa yang terjadi, Agni saat ini hanya ingin berada di samping Redo dan memastikan Redo baik-baik saja.
Semoga kamu enggak papa, Redo.
Kamu baik-baik saja, Redo.
Kamu akan baik-baik saja, Redo.
Selama perjalanan menuju ke rumah sakit, Agni terus bergumam banyak hal termasuk berdoa agar Redo dalam keadaan baik-baik saja ketika dirinya tiba nantinya.
“Ma-makasih, Pak. Ini uangnya!”
Begitu tiba di rumah sakit, Agni langsung turun dari taksinya sembari menghubungi ibunya untuk menemukan ruangan Redo.
“Di IGD Nak!”
Setelah bertanya di mana lokasi IGD di resepsionis rumah sakit, Agni langsung bergegas menuju ke sana.
“Agni sayang!”
Begitu tiba di IGD, Ibu Redo-calon mertua Agni langsung menyambut Agni dan memeluknya. Wajah Ibu Redo basah oleh air mata dan hanya dengan melihat hal itu, Agni tahu bahwa keadaan Redo mungkin tidak baik seperti yang diharapkannya.
“Redo gimana, Bu?”
Ibu Redo tidak bisa menjawab karena masih terus menangis. Ayah Redo yang berdiri tidak jauh dari Agni, menjawab pertanyaan Agni.
“Redo harus dioperasi, Nak.”
“Operasi?” ulang Agni. “Seburuk apa keadaan Redo, Ayah?”
“Cukup buruk, Nak.”
Karena Redo akan menjalani operasi darurat, Agni bersama dengan Ayah dan Ibu Redo berpindah tempat dan menunggu di depan ruang operasi.
Dari Ayah Redo, Agni mendapat penjelasan singkat mengenai kecelakaan yang menimpa Redo. Kecelakaan Redo terjadi tidak jauh dari lokasi di mana dirinya berjanji untuk bertemu dengan Agni. Entah kenapa Redo berlari begitu saja saat lampu penyeberangan berwarna merah dan membuatnya ditabrak oleh mobil yang melaju sangat kencang.
Karena kecelakaan itu, Redo mendapatkan benturan di dada dan di kepalanya. Tulang rusuk Redo patah dan menembus jantungnya. Sementara kepalanya, mungkin ada kemungkinan gagar otak meski hanya gegar otak ringan. Tapi yang lebih mendesak adalah jantung Redo. Maka dari itu, operasi darurat langsung dilakukan untuk menyelamatkan nyawa Redo.
“Jantung lagi, Yah.” Agni bicara pada Ayah Redo sembari memeluk Ibu Redo, karena teringat cerita lama Redo soal bekas luka di dadanya.
“Itu kenapa?”
“Apanya?”
“Dari dalam kemejamu, aku sekilas melihat ada garis panjang di dadamu, Redo. Sepertinya itu luka yang sangat panjang.”
Saat kencan bersama dengan Redo, hari itu turun hujan. Redo memberikan jaketnya pada Agni dan membuat Agni dapat melihat sekilas bekas luka di dada Redo karena kemeja Redo yang berwarna putih.
“Ini luka bekas operasi.”
“Operasi? Operasi apa?”
“Jantung. Aku dulu lahir dengan kelainan jantung. Tapi sekarang udah enggak papa kok. Waktu aku umur 18 tahun, aku udah menjalani operasi buat masalah jantungku. Dan semenjak itu, aku sudah hidup kayak anak biasanya.”
“Beneran?”