Dua tahun yang lalu.
Desember 2022.
“Mau ke mana lagi?” tanya Redo.
“Ayo kita nonton!” Agni menjawab dengan nada sedikit manjanya karena tahu Redo bukan tipe orang yang suka menonton di bioskop.
Buat Redo, menonton dengan banyak orang tidak terasa menyenangkan. Kadang ada saja manusia pengganggu yang membuat Redo tidak nyaman ketika menonton di bioskop.
“Kalo aku bilang enggak mau, kamu tetap maksa kan?” Redo balik tanya pada Agni.
“Iya.”
“Kenapa?”
“Ada film yang aku ingin banget nonton. Sekali ini saja yah! Pliss!”
“Film apa memangnya?”
Agni tersenyum karena melihat Redo mengalah demi dirinya. Jelas Agni merasa senang karena demi dirinya, Redo akan melakukan hal yang tidak disukainya.
“Di kala itu. Film itu sedang ramai dibicarakan di media sosial. Aku mau lihat itu. Katanya ceritanya bagus banget. Aku penasaran mau lihat!”
“Enggak bisa nunggu versi murahnya saja? Nanti kan kamu bisa nonton di rumah.”
“Enggak bisa! Aku pengennya nonton di bioskop, Redo!” Agni berusaha mengajak dan membujuk Redo agar mau menemaninya nonton film di bioskop. “Ya, ya?”
“Oke, hanya sekali ini saja, yah? Jangan ajak aku nonton bioskop lagi ke depannya. Oke?”
Melihat bagaimana Agni memaksa dengan wajah manisnya, Redo akhirnya memilih untuk mengalah. Tapi hanya untuk sekali ini saja.
“Oke.”
Redo akhirnya setuju mau nonton bioskop dengan Agni. Hal kecil seperti inilah yang membuat Agni semakin suka dengan Redo. Awalnya Redo memang orang yang pelit bicara, jarang tersenyum dan tipe yang sulit didekati. Sebelum jadian dengannya, Agni mendengar ada banyak wanita yang mengejar Redo dan Agni yang jatuh cinta pada Redo di pandangan pertama, jelas merasa sedikit minder dengan banyak wanita yang mengejar Redo.
Tapi ternyata kegigihannya mengejar Redo, membuahkan hasil.
Enam bulan semenjak bertemu dengannya, Redo akhirnya menerima permintaannya agar mau jadi pacar Agni.
Dan sekarang adalah hari satu tahun Agni pacaran dengan Redo. Agni tentu ingin merayakan hari ini dengan membuat kencan termanis yang tidak akan Redo lupakan.
“Ini popcorn dan sodanya, Kak.”
Setelah menerima makanan dan minuman untuk menonton, Agni dan Redo berjalan masuk ke dalam studio dan menunggu selama tiga menit sebelum filmnya dimulai.
‘Di Kala itu’ adalah film yang belakangan ramai dibicarakan di media sosial. Di tengah gempuran film horor yang menjamur, ‘Di Kala itu’ menyajikan cerita romansa klasik yang dulu pernah berjaya dan menarik perhatian banyak orang.
Ketika film itu diputar, ada banyak orang yang merasakan nostalgia dan merasa film itu adalah angin segar di tengah gempuran film horor yang menjamur. Jadi tak heran, ada banyak penonton yang menunggu film ini dan tak ingin melewatkannya untuk segera menonton di bioskop, termasuk dengan Agni.
Dari media sosial, Agni juga mendengar bahwa film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama. Hanya saja Agni tidak suka membaca novel yang isinya ribuan kata dan harus membuatnya berfantasi untuk membayangkan apa yang terjadi selama membaca. Jadi menonton film ini seperti tugas yang mudah dari pada membaca novel bagi Agni.
“Ceritanya tentang apa?”
Tepat sebelum film dimulai, Redo bertanya pada Agni dengan berbisik.
“Ehm, ini ceritanya tentang cinta pertama. Ada cewek dan cowok satu sekolah dan satu kelas. Mereka berdua adalah teman sebangku. Awalnya sih, keduanya hanya teman satu kelas biasa yang sekedar kenal satu sama lain. Sampai suatu hari keduanya mulai dekat.”
“Setelah itu … gimana ceritanya?” tanya Redo lagi.
“Ehm setelah itu … “Agni berusaha mengingat trailer film yang dilihatnya beberapa hari lalu. “Setelah itu kalo enggak salah trailernya bilang kalo si cowok ini sakit. Pokok ceritanya ntar berputar pada dua anak itu yang awalnya kelihatan sama sekali enggak tertarik, perlahan mulai suka satu sama lain. Cuma gimana akhirnya, kita lihat saja nanti.”
“Oh … “
“Kenapa? Kamu enggak suka cerita modelan gini?” Agni melirik cemas pada Redo.