Agni telah membulatkan tekadnya. Agni datang lebih awal ke rumah sakit dan membuat kebohongan kecil tentang Gina-teman Redo semasa SMA.
“Ibu bisa aku lihat buku kenangan SMA milik Redo?” Agni memulai kebohongannya pada ibu mertuanya untuk menemukan jejak Gina.
“Buat apa? Apa kamu enggak nemu buku itu di rumah Redo?” tanya Ibu Redo heran.
“Redo sepertinya ingin mengundang Gina ke pernikahannya. Tapi mungkin karena sudah lama enggak berhubungan dengan Gina, Redo mungkin merasa sungkan untuk menghubunginya, Bu. Jadi aku ingin memberi kejutan untuk Redo saat dia sadar kelak, Bu. Bisa aku melakukannya?”
Agni jelas merasa tidak enak berbohong kepada calon ibu mertuanya yang sudah sangat baik padanya. Tapi apalah daya, Agni tak bisa memikirkan cara lain mengingat Redo sudah lama tidak tinggal di rumah orang tuanya dan buku kenangan itu tidak ditemukan di rumah Redo.
Satu-satunya yang Agni pikirkan adalah rumah orang tua Redo yang mungkin masih menyimpan buku itu.
“Ya sudah. Mengingat kamu sayang banget sama, Redo. Ibu ijinkan.”
Jadi seminggu setelah Redo operasi dan masih dalam keadaan tidak sadarkan diri, Agni pulang mengantar Ibu Redo ke rumahnya, sementara Ayah Redo masih di rumah sakit menjaga Redo sampai Agni kembali.
“Ayo masuk, Agni.”
Rumah orang tua Redo hanya berjarak sekitar 10 menit perjalanan dengan mengendarai mobil. Rumah orang tua Redo berada di pusat kota yang memiliki akses ke mana pun hanya dengan waktu singkat. Berbeda dengan rumah Agni dan rumah Redo yang berada di pinggiran kota.
“Saya masuk, Bu.”
Melihat Agni masuk ke dalam rumah, Ibu Redo kemudian menuntun Agni ke kamar lama Redo yang masih berisi beberapa perabotan lama Redo. Agni pernah dua kali ke rumah orang tua Redo. Tapi untuk masuk ke kamar lama Redo di rumah orang tuanya, Agni hanya pernah sekali masuk ke sana.
“Masuk, Agni. Buku-buku lama milik Redo ada di rak dekat mejanya.”
“Hanya ini saja, Bu?” tanya Agni yang melihat buku-buku lama Redo tak sebanyak buku-buku milik Redo di ruang baca rumahnya yang sekarang.
“Ya, hanya itu.”
“Kalo gitu, terima kasih banyak, Bu. Saya akan langsung mencarinya dan segera kembali ke rumah sakit.”
“Santai saja, Agni. Ayah Redo enggak akan marah kalo kamu telat.”
“Ya, Bu.”
Setelah Ibu Redo pergi untuk membersihkan dirinya, Agni mulai mencari buku kenangan masa SMA milik Redo. Kamar Redo berukuran 4x4 meter. Kamar ini ukurannya lebih kecil dari kamar Redo di rumah miliknya sendiri. Agni ingat Redo pernah cerita kamarnya yang sekarang ukurannya dua kali lipat dengan kamar ini. Dan apa yang Redo memang benar adanya. Belum lama ini, Agni masuk ke kamar Redo dan melihat ukuran kamarnya yang besar.
Yang mana bukunya?
Setelah melihat sejenak kamar lama Redo, Agni langsung kembali fokus dengan tujuannya datang ke rumah Redo: mencari buku kenangan semasa Redo SMA.
Yang mana?
Yang mana bukunya?
Agni memeriksa semua sampul buku yang ada di rak buku di kamar lama milik Redo. Tapi setelah memeriksa setiap judul dalam setiap sampul buku yang ada di rak, Agni tak menemukan buku kenangan semasa Redo SMA. Bahkan buku kenangan saat Redo SMP pun juga tidak ada.