Jika ditanya kapan hari paling bahagia bagi Redo dalam hidupnya, maka Redo akan menjawab hari paling bahagianya adalah hari-harinya di tahun ketiga masa SMA-nya.
Kenapa?
Jawabannya, karena di tahun itu Redo dekat dengan Gina.
Mungkin awalnya Redo hanya merasa kagum dengan Gina. Kekaguman itu awalnya hanya sekedar kekaguman biasa dan sedikit rasa iri. Redo iri pada Gina yang bisa bermain basket bebas di lapangan sementara dirinya tidak.
Karena penyakitnya, Redo tidak bisa bermain basket meski ingin, meski sangat menyukai basket. Bahkan untuk menyalurkan rasa inginnya bermain basket, Redo harus diam-diam bermain basket dan berhenti sebelum dirinya merasa lelah.
Tapi Gina yang terlihat seperti bintang itu memperlakukan Redo bukan seperti orang sakit seperti kebanyakan orang memperlakukan Redo. Dan itulah yang membuat Redo perlahan mulai menyukai Gina.
“Redo! Tangkap!”
Hup!
Mendengar teriakan Gina, Redo buru-buru menangkap bola basket yang Gina lemparkan.
“Kenapa bolanya kamu lempar ke aku, Gina?”
Harusnya Redo bersama dengan Gina dan Dika piket bersama membersihkan kelas sebelum pulang sekolah. Gina yang sudah lebih dulu menyelesaikan tugasnya, bermain-main dengan bola basket yang selalu dibawanya dan melakukan shot ke arah ring di lapangan sekolah.
Begitu melihat Dika dan Redo menyelesaikan tugasnya dan berjalan keluar dari kelas, Gina melempar bola basketnya pada Redo.
“Ayo main, Redo!”
Redo menatap bingung bola di tangannya sebelum melihat ke arah Gina.
“Gina! Kamu kan tahu Redo enggak boleh capek-capek?? Kenapa kamu malah ngajak Redo main sih?” Dika mengingatkan.
“Aku tahu. Trus kenapa? Enggak boleh?” Gina menjawab dengan senyuman lebarnya. “Kalo cuma lempar bola aja ke ring kan nggak capek-capek, Dik? Redo pasti juga sering main gitu kan? Bukan tanpa alasan Redo bisa ngalahin Andre!”
“Gina! Kamu ini! Mau Redo pingsan lagi?” Dika masih melarang Gina untuk membuat Redo melakukan ide gilanya.
“Gimana, Redo?” Gina mengabaikan Dika dan melihat ke arah Redo dengan senyumnya. “Ayo main bareng!”
“Redo, jangan!” Dika yang berdiri di samping Redo, berusaha untuk melarang Redo.
“Aku mau!” Redo mengabaikan Dika dengan berlari kecil menghampiri Gina.
“Redo!” Dika berteriak menyusul Redo dan berusaha merebut bola di tangan Redo. Tapi dengan cepat Redo menepisnya dan Dika gagal merebut bola itu. “Gimana kalo pingsan lagi, Redo?”
“Enggak akan. Sebelum aku capek, aku akan berhenti kayak biasanya.” Redo berusaha untuk membujuk Dika.
“Tapi, Redo!” Dika masih mencoba untuk menghentikan Redo meski Redo sudah membuat janji kecil dengan ucapannya pada Dika .