Dua bulan yang lalu.
Setelah selama sebulan ini sibuk mengatur pernikahannya dari mulai gaun pernikahan, aula pernikahan dan makanan di acara pernikahannya, kini Agni sedang menghitung jumlah undangan yang akan dipesannya. Rancangan undangan sudah dibuat oleh Redo dan Agni, dan sekarang Agni hanya perlu menghitung jumlah undangan keseluruhan yang harus dipesannya dari tempat percetakan.
“Sudah?” tanya Redo.
“Sudah, kok. Undangan dari teman dan keluarga ayah dan ibuku, rekan kerjaku, teman lamaku dan satu teman rahasiaku. Semuanya sudah aku hitung.”
“Jangan lupa berikan daftar nama mereka dan minta tambahan undangan kosong semisal keluargamu mungkin butuh extra undangan!” Redo mengingatkan.
“Oke. Kamu sendiri sudah menambahkan undangan extranya?” Agni mengangguk paham dengan apa yang diingatkan oleh Redo sembari balik tanya pada Redo.
“Sudah. Aku lebihkan sepuluh.”
“Kalo gitu aku juga.” Agni tersenyum dan berniat untuk mengikuti rencana Redo. Agni sudah dapat daftar nama dari pihak keluarga dan saudaranya, rekan kerjanya dan yang belum adalah beberapa temannya. “Oh ya, untuk temanku, namanya panggilan atau nama lengkap?”
“Nama lengkap dan nama panggilan, biar enggak salah.”
“Oke. Kalo gitu … aku akan tulis nama lengkap dan nama panggilannya.”
Agni menuliskan daftar nama teman-temannya termasuk dengan nama teman rahasianya. Redo yang sedang tadi mengerjakan proyeknya sembari menjawab pertanyaan Agni, melirik ke arah Agni yang sedang fokus menuliskan daftar nama teman-temannya.
Redo mendadak berdiri dari duduknya dan melihat Agni yang sedang menulis.
“Loh ini siapa?” Redo mendadak bertanya ketika melihat nama yang Agni tuliskan dalam daftar teman undangannya.
“Yang ini?”
Redo menganggukkan kepalanya sembari mengerutkan alisnya merasa heran. “Ya, yang itu. Setahuku kamu enggak punya teman dengan nama itu.”
“Rere itu nama teman rahasiaku. Kamu ingat kan teman yang kadang-kadang aku temui kalo sedang ke toko buku. Nama panggilannya itu Rere. Tapi nama lengkapnya Regina. Kenapa? Aku belum cerita yah?”
“Belum. Kamu belum cerita. Selama ini kamu cuma bilang teman rahasia kalo lagi cerita.”
Agni menggaruk kepalanya karena ternyata selama ini selalu menyebut Rere-teman rahasianya di depan Redo dengan sebutan teman rahasia.
“Eh iya ya, kayaknya memang aku selalu nyebut Mbak Rere dengan sebutan teman rahasia yah. Nanti pas dia datang ke nikahan kita, aku kenalin deh!”
Agni terdiam mengingat kenangan itu. Agni yang harusnya pulang ke rumah dan beristirahat sejenak sebelum nanti berjaga di rumah sakit, tidak jadi pulang karena merasa tidak bisa menerima kenyataan. Rasa ingin tahunya, rasa penasarannya, rasa cemburunya dan rasa tidak percayanya pada Redo harus dibayar Agni dengan harga yang mahal. Gina, sosok wanita dalam masa lalu Redo yang ditemukannya di dalam novel milik Redo yang penuh dengan catatan kaki seperti diari, ternyata selama ini berada di dekatnya.
Kalo saja setahun ini aku enggak merahasiakan teman rahasiaku pada Redo, apa yang akan terjadi hari ini?
Menemukan fakta bahwa Gina yang selama beberapa waktu ini menyita waktu dan pikiran Agni sekaligus wanita yang dicari oleh Redo ternyata adalah Rere-teman rahasianya, Agni kini tak bisa bergerak dan membeku memikirkan segala penemuannya yang terus terhubung di sekitarnya. Agni sekarang tahu bahwa Gina yang dicari Redo ada di dekatnya dan tidak mungkin bagi Agni untuk terus merahasiakan kenyataan ini selamanya dari Redo.
Kalo saja setahun ini aku mengenalkan Redo pada Rere, apa yang akan terjadi hari ini?
Apa Redo akan tetap mau menikah denganku?
Apa rencana pernikahan ini akan tetap ada?
Atau sebaliknya?
Pikiran Agni sedang kacau. Agni tidak bisa dan tidak ingin pulang. Raut wajahnya sekarang pasti akan membuat ibunya cemas dan khawatir, dan di depan ibunya, Agni tidak bisa berbohong. Jadi untuk menjernihkan pikirannya, Agni memilih untuk pergi ke toko buku di mana dirinya berulang kali bertemu dengan Rere yang tidak lain adalah Gina-teman lama Redo sekaligus wanita yang pernah Redo sukai semasa mudanya.
“Selamat datang.”
Agni masuk ke toko buku dan langsung berjalan ke deretan buku milik penulis bernama Mad Duck. Agni mengambil buku novel Mad Duck yang berjudul ‘Di kala itu’ yang jadi akar semua masalah pelik yang sekarang Agni rasakan.