Agni melihat ke arah Rere dan menunggu jawaban Rere. Tapi Rere hanya diam
“Kenapa lagi?”
“Mbak tahu pacarku itu sibuk terus sama kerjaannya. Kalo balas pesanku itu selalu singkat banget, Mbak.”
“Yah kan mending dibales dari pada enggak kan? Toh dengan dia membalas pesanmu, itu artinya dia meluangkan sedikit waktunya untuk kamu, Agni.”
“Apa gitu?”
“Jangan lihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang saja, Agni. Kamu mungkin merasa kesal setiap kali menerima pesan singkat dari pacarmu. Tapi siapa yang tahu di luar sana setiap kali menerima pesanmu, pacarmu akan tersenyum saat membacanya?”
“Ya, juga ya, Mbak.”
“Ingat pacarmu sibuk dengan kerjaannya, bisa jadi untuk bahagiakan kamu saat kamu nanti nikah sama dia.”
Ketika sedang menunggu Rere membuka mulutnya untuk bicara, Agni teringat akan kenangan lamanya saat curhat masalah Redo pada Rere.
Dulu … aku enggak tahu kenapa setiap kali mengalami masalah dengan Redo, saran dari Mbak Rere selalu berhasil membuatku baikan dengan Redo. Tapi akhirnya sekarang aku tahu alasannya: kami berdua meski tidak tahu, kami membicarakan orang yang sama.
“Dari mana kamu yakin Gina yang dicari pacarmu itu, akulah orangnya, Agni?” tanya Rere.
Agni mengeluarkan hpnya dan menunjukkan gambar dan biodata singkat dari Gina yang tidak lain adalah Regina dan Rere di buku kenangan masa SMA-nya. “Ini foto Mbak kan?”
Melihat Agni menunjukkan foto lamanya, membuat Rere tidak lagi bisa mengelak. Foto itu adalah bukti yang sangat akurat dan tidak lagi bisa dielak oleh Rere.