“Aku memang suka bermain basket. Saat bermain basket, aku merasa semua beban dalam pikiranku hilang. Jadi semenjak usaha Ayahku bangkrut, aku lebih suka tenggelam bermain basket dan pulang larut ke rumah. Kalo mengingatnya lagi, bisa dibilang saat itu aku berusaha melarikan diri dari kenyataan. Aku lari dari kenyataan bahwa hidupku, keluargaku, rumahku dan situasiku tak lagi sama seperti sebelumnya.”
Mendengar cerita Rere, tangan Agni menggenggam satu sama lain. Ada semacam perasaan yang tak bisa dijelaskan oleh Agni sekarang ini. Mungkin iba, mungkin bersalah, mungkin kasihan, atau mungkin turut merasa sedih. Yang mana jelasnya, Agni tak tahu. Yang jelas sekarang ini Agni merasakan ada sesuatu dalam dirinya, yang sepertinya baru saja menusuk hatinya dengan sangat dalam.
“Se-setelah itu apa yang terjadi, Mbak?” tanya Agni.
“Pamanku menghilang entah ke mana. Dan berkat itu, rumah kami sering didatangi oleh rentenir. Jadi kami terpaksa pindah diam-diam saat malam hari agar rentenir enggak menemukan kami.”
“Pasti berat hidup Mbak saat itu.”
Rere tersenyum pada Agni. “Dibilang berat mungkin memang berat. Berkat itu nilaiku turun drastis karena begitu di rumah, aku sama sekali enggak bisa konsentrasi belajar di rumah. Tapi dibilang berat mungkin juga enggak berat. Di sekolah, aku punya teman-teman yang peduli padaku, terutama anak-anak basket. Mereka tahu keluargaku mengalami kebangkrutan, jadi mereka berusaha menjagaku. Bahkan dari mereka beberapa suka membawa bekal makan siang untukku.”
“Gimana dengan Andre??” Agni jelas penasaran soal Andra karena Andre adalah anak yang pernah mengganggu Redo karena Gina.
“Andre sebagai teman, dia adalah teman yang baik. Dia sangat menjagaku. Tapi sayangnya … dia menyukaiku dan rasa sukanya, aku enggak bisa menerimanya.”
Agni terdiam mengingat cerita Dika dan dugaannya tentang alasan dibalik perbuatan Andre yang selalu mengganggu Redo ketika Redo duduk dengan Gina di tahun ketiga.
Dugaanku tepat. Andre memang suka dengan Gina dan alasannya mengganggu Redo karena Andre suka dengan Gina. Andre pasti cemburu dengan kedekatan Gina dan Redo.
Deg!
Agni menyentuh dadanya yang baru saja terasa sesak. Mengingat Andre dan perbuatannya, Agni teringat akan dirinya sendiri.
Aku enggak beda jauh dengan Andre. Jika melihat Gina dengan Redo bertemu, mungkin aku juga sama cemburunya dengan Andre.
Sama seperti Andre yang berteman lebih lama dengan Gina, aku juga menghabiskan waktu lebih lama dengan Redo. Dibandingkan dengan Gina, waktu yang aku habiskan dengan Redo jauh lebih lama. Gina dekat dengan Redo hanya di tahun terakhir masa SMA mereka, sementara aku dekat dan menjadi pacar Redo selama tiga tahun.
Jika ini adalah matematika seperti yang Redo kuasai, jelas akulah pemenangnya. Tapi perasaan tidak bisa dihitung dengan matematika. Tiga tahunku kalah dengan satu tahun milik Gina.
“Apa Paman Mbak enggak kembali lagi?” tanya Agni.
“Dia datang lagi. Paman datang menjelang akhir tahun ketigaku dan kejadian itulah yang mengubah hidupku.”
Cerita Gina berlanjut.