Janji dibuat.
Meski kelihatannya tidak peduli, Gina sebenarnya juga menunggu janji itu. Sejujurnya sebagai teman, Gina berharap Redo bisa sembuh. Melihat bagaimana perjuangan Redo untuk bertahan hidup dengan penyakitnya, Gina merasa iba pada Redo.
Rasa iba itu entah sejak kapan berubah menjadi rasa peduli. Dari rasa peduli itu entah sejak kapan berubah menjadi sedikit rasa cemas dan khawatir. Dan dari semua rasa itu, entah sejak kapan Gina mulai berharap untuk bisa melihat Redo setiap harinya.
Sebelum ini, Gina tak pernah berani berharap.
Gina sadar diri bahwa Redo baik dengannya karena permintaan wali kelasnya. Tapi setelah mendengar ucapan Redo tadi, Gina yakin bahwa Redo menyukainya sama seperti perasaannya selama ini.
Kupikir Dika cuma bilang kalo Redo kagum denganku karena aku hebat bermain basket, tapi siapa yang akan menyangka kalo Redo akan suka aku?
Ini beneran kan?
Sepanjang perjalanan pulang dari rumah sakit Redo, Gina terus tersenyum kecil membayangkan apa yang terjadi tadi.
Redo suka aku?
Ya Tuhan, keberuntungan macam apa yang aku miliki ini?
Jujur saja, Gina benar-benar tidak percaya Redo bisa menyukainya. Bagaimana tidak? Sejak awal hubungan pertemanannya dengan Redo, Gina selalu ditatap sengit Redo apalagi saat Gina membuat Redo kena hukuman karena dirinya.
Tapi tatapan itu berubah. Tatapan itu berubah menjadi lebih baik ketika Gina berusaha untuk belajar dengan lebih baik. Seiring dengan Gina yang mulai mendengarkan ucapan Redo, tatapan Redo pun mulai berubah.
Bebek gila yang dulu kelihatan menakutkan, entah sejak kapan jadi kelihatan manis.
Bruakkk!
Bruakk!
Gina yang baru saja turun dari angkot dan berjalan kaki sekitar lima menit dari pintu gang menuju rumahnya, mendengar suara gebrakan dari rumahnya.
“Apa yang-”
Tak banyak berpikir, Gina langsung berlari ke dalam rumahnya untuk melihat apa yang terjadi. Kreett! Tapi begitu membuka pintu rumahnya, Gina benar-benar tidak menyangka apa yang baru saja dilihatnya.
“Paman!!!”
Gina langsung berteriak kencang ketika melihat pamannya yang berusaha memukul ibunya dengan Renata-adiknya yang menangis di sudut ruang keluarganya.