Agni tersentak mendengar panggilan Redo. Agni yakin tadi Redo sudah tidur. “A-apa aku membangunkanmu, Redo?”
“Enggak.” Redo menggelengkan kepalanya sembari meminta Agni mendekat padanya untuk mengubah posisi kepala ranjangnya. “Tolong naikkan ranjangnya!”
Agni beranjak dari duduknya di sofa yang biasa digunakannya untuk tidur saat jaga malam dan melakukan apa yang diminta Redo. “Apa kamu mau ke kamar mandi atau minum?”
Redo menggelengkan kepalanya juga. “Enggak, aku enggak butuh apa-apa.”
Agni duduk di samping ranjang Redo dan menatap Redo dengan wajah penasaran. “Kamu enggak bisa tidur?”
“Ehm.” Kali ini Redo menganggukkan kepalanya.
“Apa ini karena kamu tidur terlalu lama setelah operasi?” tanya Agni lagi.
“Mungkin. Tapi ada yang buat aku penasaran, Agni.”
“Soal apa?”
Redo mengangkat tangannya, menunjuk ke arah meja di dekat sofa di mana Agni tadi hendak tidur dan membuat kepala Agni mengikuti arah yang ditunjuk oleh Redo. “Buku itu bukan milikku kan?”
Di atas meja di dekat sofa di mana Agni tadi berniat untuk tidur, ada novel karya Mad Duck, ‘Di Kala itu’ yang Agni beli saat tidak percaya bahwa Gina yang selama ditunggu dan dicari oleh Redo adalah seseorang yang dikenal Agni dengan nama panggilan Rere.
Sebelum memberikan jawabannya, Agni kembali menolehkan kepalanya melihat ke arah Redo dan menemukan tatapan mata Redo yang tadinya terlihat lembut telah berubah menjadi tatapan tajam penuh amarah, seolah Redo berusaha menahan amarahnya karena Agni menyentuh buku-buku miliknya.
“I-itu bukan buku milikmu, Redo. Itu baru aku beli.”
Tatapan tajam Redo yang sedang menahan amarahnya langsung menghilang ketika mendengar jawaban Agni.
Kenapa …
Melihat reaksi Redo baru saja, Agni menyadari sesuatu. Agni menundukkan kepalanya dan pertanyaan-pertanyaan yang tadi mengganggu kepalanya dan membuatnya tidak bisa tidur, kembali berputar dalam kepala Agni. Bahkan kali ini, ada pertanyaan baru yang muncul dalam kepala Agni.
Kenapa aku enggak pernah menyadari tatapan Redo ini?
Tatapan tajamnya tadi adalah tatapan sedang menahan marah. Saat itu … tatapan Redo juga sama seperti tadi. Saat aku berusaha menyentuh buku-buku novel milik Redo di ruang bacanya, Redo juga menatapku dengan tatapan seperti tadi.
Apa artinya ini?
Agni menundukkan kepalanya dan menggenggam tangannya yang lain karena jawaban lain untuk pertanyaannya yang muncul setelah berusaha mengorek masa lalu Redo, kini muncul di hadapannya.
Bodohnya aku!
Aku bodoh sekali!