“Apa itu alasannya Gina begini?” Pria bernama Andre itu balik bertanya lagi pada Agni. Kali ini tatapannya kembali tajam lagi pada Agni. Rasanya seolah ingin membunuh Agni hanya dengan menggunakan tatapan matanya saja. “Kamu meminta Gina untuk bertemu dengan Redo?”
Agni menundukkan kepalanya sejenak, melirik ke arah Rere yang masih terbaring tidak sadarkan diri. Perasaan bersalah kembali datang pada Agni ketika melirik Rere.
Apa permintaanku ini adalah sesuatu yang salah?
Agni kembali mempertanyakan tindakannya.
Di masa lalu keduanya saling menyukai dan saling menyimpan perasaan satu sama lain. Di masa lalu, keduanya masih terhubung dengan janji mereka yang belum mereka tepati. Hubungan itu, ikatan itu, meski tak terlihat masih menghubungkan keduanya. Catatan itu dan novel itu adalah buktinya.
“Ma-maaf.” Agni langsung meminta maaf karena perasaan bersalahnya telah membuat Rere seperti sekarang ini.
“Kenapa? Kamu calon istri Redo, kenapa malah ingin mempertemukan mereka? Apa kamu enggak tahu bahwa di masa lalu keduanya saling-” Pria bernama Andre menaikkan nada bicaranya pada Agni sebelum akhirnya menghentikan ucapannya dan berusaha menahan emosinya. “Ikut aku! Kita bicara di luar!”
Pria bernama Andre itu menunjuk ke arah luar kamar Rere. Agni yang sadar percakapannya ini mungkin akan membuat istirahat Rere terganggu, mengangguk setuju pada ucapan Andre dan mengikuti Andre keluar.
“Silakan diminum.”
Begitu keluar dari kamar Rere, Andre membawa Agni untuk duduk di ruang tamu rumahnya yang kini ditinggali oleh Rere. Andre kemudian menghilang sejenak dan mendadak kembali dengan membawa dua cangkir minuman yang berisi teh hangat.
“Te-terima kasih.” Agni meminum teh hangat itu dan membiarkan tubuhnya merasa lebih hangat dengan teh itu. Sembari meminum teh hangat itu, Agni melihat-lihat sedikit rumah milik Andre yang ditinggali oleh Rere.
Ini rumah yang bagus.