Satu jam sudah berlalu. Langit terang yang tadinya cerah kini berubah warna. Semburat warna oranye mulai menghiasi langit sebagai tanda bahwa sore sudah tiba dan tidak lama lagi hari akan berganti malam.
Apa kamu enggak akan datang, Gina?
Redo yang masih duduk menunggu di dalam mobilnya dan berharap Gina akan muncul, kini mulai cemas karena Gina tak kunjung datang seperti pesan yang diterimanya dari Andre.
Andre: kalo kamu mau ketemu Gina, temui dia di makam Agni. Gina pasti datang ke makam Agni untuk memperingati setahun kematiannya. Bagi Gina, Agni sudah seperti adiknya sendiri. Gina pasti datang.
Sama seperti pesan yang dikirimkan oleh Andre, Redo juga memikirkan hal yang sama. Selama setahun terakhir hidupnya menjadi teman Gina, Agni terlihat sangat senang saat membicarakan Gina yang selalu disebutkannya sebagai teman rahasianya.
“Sarannya selalu berhasil.”
“Saran siapa?”
“Teman rahasiaku. Setiap kali aku bertengkar denganmu, aku selalu tanya pendapatnya dan hasilnya selalu bagus. Saran darinya selalu bisa membuatku baikan lagi denganmu, Redo!”
“Omong-omong soal teman rahasiamu itu, apa dia bukan orang jahat yang mencoba mendekatimu, Agni? Mungkin saja dia penipu yang mencoba menipu darimu, Agni.”
“Jangan sembarangan, Redo! Temanku itu teman terbaik yang aku temui di umurku yang sudah hampir 30 tahun! Dia itu sudah seperti kakak perempuan yang selama ini aku idamkan! Dia juga dewasa, bijaksana. Tapi kadang-kadang aku merasa dia mirip denganmu, Redo.”
“Mirip denganku? Apanya?”
“Sifat kalian kadang-kadang terlihat mirip. Seperti enggak banyak bicara, berpikiran panjang dan lebih suka mendengarkan aku bicara. Bicara dengannya, kadang-kadang membuatku teringat saat bicara denganmu, Redo.”
Fiuh! Redo tersenyum kecil mengingat salah satu kenangannya saat bersama Agni. Redo tertawa kecil karena pernah mengira Gina mungkin adalah penipu yang berniat untuk menipu Agni.
I-itu Gina!
Di saat mengingat kenangannya saat bersama dengan Agni, Redo melihat sosok Gina yang ditunggunya sedang berjalan masuk ke dalam area pemakaman. Sama seperti dirinya, Gina membawakan buket bunga mawar putih untuk Agni.
Melihat buket bunga yang dibawa Gina, Redo hanya bisa tersenyum kecil. Bahkan kamu juga tahu bunga kesukaan Agni. Melihat hal ini saja, aku sudah bisa melihat dengan jelas bahwa kamu dan Agni punya hubungan yang dekat meski hanya jadi temannya selama setahun.
Klik!
Redo mematikan mesin mobilnya, keluar dari mobilnya sembari membawa surat peninggalan Agni untuk Gina. Redo berjalan menyusuri jalan pemakaman yang tadi dilewatinya dengan perlahan. Redo berusaha agar Gina tidak menyadari keberadaannya. Redo tidak ingin Gina lari lagi seperti sebelum-sebelumnya. Apalagi sekarang Redo punya tugas untuk mengantarkan surat terakhir dari Agni untuk Gina.
“Ma-maaf! Maafkan aku, Agni!”
Redo berhasil menyusul Gina. Tapi Redo sengaja berhenti agak jauh dari makam Agni, agar Gina punya privasi untuk bicara dengan Agni di depan makamnya.
“Maaf! Karena aku, kamu harus pergi dengan cara seperti ini! Harusnya aku yang terbaring di sini, bukannya kamu, Agni! Aku benar-benar minta maaf, Agni!”
Dari tempatnya berdiri, Redo dapat mendengar tangisan penyesalan Gina pada Agni.
Kejadian setahun yang lalu itu, tak pernah ada yang menduganya. Dari cerita Andre, setahun yang lalu saat mendengar kabar larinya Paman Gina, Andre langsung mengirim pesan pada Gina untuk segera pulang dan bersembunyi. Saat Andre mengirim pesan itu, Gina sudah bertemu dengan Agni di toko gaun pernikahan Agni.
Gina: Aku lelah, Ndre! Kali ini biarkan aku mati dan segera bertemu dengan orang tuaku! Keberadaanku sekarang ini jadi penghalang Agni dan Redo. Kalo aku pergi, semua orang akan bahagia!
Andre yang panik, berusaha menemukan Gina. Yang Andre tidak tahu adalah Gina saat itu bertemu dengan Agni dan sengaja mematikan hpnya dengan niatan mati jika pamannya berhasil menemukannya.
Yang tak pernah Gina duga adalah Agni melanggar janjinya dan berusaha untuk membuatnya bertemu dengan Redo. Gina yang sadar bahwa pamannya sudah melarikan diri dari rumah sakit dan sedang mengejarnya, berusaha lari menjauh dari Agni dengan harapan pamannya akan menemukan dirinya saat tidak ada Agni. Tapi usaha Gina terhenti karena rencana Agni: Redo berhasil menemukannya dan menolak melepaskannnya.
“Aku enggak bisa beri tahu di mana Gina sekarang. Gina marah besar karena aku memberitahu Agni wajah pamannya saat terakhir kami bertemu.”
Redo ingat ucapan Andre saat berusaha menanyakan di mana Gina bersembunyi setelah kematian Agni. Andre tak lagi bisa membantu karena Gina marah besar pada Andre yang telah menceritakan satu alasan lain dirinya menghilang dari hidup Redo pada Agni. Karena cerita Andre itulah Agni memutuskan untuk mempertemukan Gina dengan Redo, dan membuat Agni mengenali Paman Gina yang berakhir membuatnya kehilangan nyawanya.
“Gina.”