AKU HARUS MENERIMA

FAJAR BASKORO
Chapter #8

MENCARI TEMPAT BERNAUNG

Langit Jakarta hari itu kelabu. Hujan tak deras, tapi cukup untuk membasahi trotoar dan membuat lalu lintas melambat. Di dalam mobil tuanya yang kaca belakangnya mulai bocor, Raka memandangi spanduk bertuliskan: “Seminar Keluarga dan Anak Berkebutuhan Khusus – Terbuka untuk Umum.”

Ia memutuskan untuk datang. Bukan karena ia punya banyak waktu—justru sebaliknya. Tapi ada dorongan dari dalam: ia butuh tahu bahwa ia tidak sendiri.

Ruangan itu tak besar, hanya aula sederhana di kantor kelurahan. Tapi penuh. Ada ibu-ibu yang membawa anak dengan speech delay, ada bapak-bapak yang datang sendirian, ada pasangan muda yang tampak bingung dan gelisah. Raka merasa seperti menemukan pantulan dari dirinya sendiri di mata-mata lelah yang ada di sana.

Sesi dimulai dengan seorang psikolog keluarga yang menjelaskan pentingnya dukungan mental untuk orang tua. Tapi bukan kalimat ilmiah itu yang menggerakkan hati Raka, melainkan seorang ibu yang tiba-tiba angkat tangan.

“Saya lelah. Tapi saya sayang anak saya. Dan saya tahu saya nggak sendiri.”

Ruangan hening. Lalu tepuk tangan kecil. Lalu satu per satu mulai berbagi cerita. Tentang tantrum di tempat umum. Tentang rasa malu. Tentang suami yang meninggalkan. Tentang keluarga yang tidak percaya bahwa autisme itu nyata.

Lihat selengkapnya