Seusa melepas rindu di bandara, aku pulang bersama Indah dan Lintang, menaiki mobil keluaran terbaru. Walau aku buta merk mobil, aku tahu mobil ini cukup mewah. Tiket pesawat Lintang sudah di batalkan, kami makan malam bersama, sampai akhirnya menghantarku sampai depan kontrakkan.
“Aku mau ketemu Silma sebentar,” bujuk Lintang, aku buru-buru menggeleng. Kondisi Silma sedang sakit, aku percaya, Lintang adalah orang terakhir yang ingin di jumpainya hari ini.
“Oke, kalau gitu, titip ini saja, ya?” bujuk Lintang sambil memberikan sebuah bungkusan kue. Nampaknya kue yang sempat dibelinya di bandara. Aku hanya tersenyum masam dan mengangguk.
“Makasih, aku sampaikan. Terima Kasih, juga ya, Ndah.” Pamitku sebelum benar-benar turun dari mobil. Indah hanya tersenyum dan melambai. Setelah itu, mobil melaju dan hilang di kejauhan.