Kupandagi kedua anak gadisku yang sedang menangis mendengar pertengkaran kami tadi.
Setelah suasana mereda, aku menghampiri istriku, dan duduk di tepi tempat tidur.
"Maafkan aku Neng, tadi aku emosi," ucapku, sambil membelai rambutnya yang ikal, istriku menepisnya, tandanya dia tak suka dan masih kesal, sama sekali tak mau menatap wajahku, bahkan hanya sekedar melirikku pun tidak.
Aku beranjak dari dudukku dan meninggalkannya, aku pusing dan stres melihat istriku seperti itu, lebih baik aku main burung, ya aku jadi sering main burung, di kala istriku ada dirumah, untuk menjaga jarak dengannya, aku ikut perkumpulan burung merpati dan ikut perlombaan, walaupun tak pernah menang tapi hatiku senang, sedikit terbebas dari rasa minder karena orang-orang di dekat rumah, jadi pada tahu kalau aku sakit seperti itu, dan kadang membuat aku down dan ingin rasanya aku pergi saja dari rumah itu dan pindah ke tempat lain, tapi aku masih tak tega dengan si bungsu yang selalu mengguntit kemanapun aku pergi.
Suatu hari, istriku tiba-tiba menyapaku.
"Mas, berobat yuk, kita kontrol pakai BPJS," tanya, tiba-tiba.
Aku melirik dan menatapnya, " gak usah, uangnya pakai buat yang lain saja," sahutku.
"Mas, itu yah, mumpung aku lagi baik, apa salahnya tinggal nurut saja, kan pakai uangku bukan uangmu, yang penting kamunya mau aku sudah senang," ucapnya memelas.
"Baiklah, Mas mau, kapan?" tanyaku.